Page 98 - Nanos Gigantos Humeris Insidentes
P. 98
ini benar-benar hasil studi pendahuluan yang mengandalkan
sumber asing dan sumber lokal dalam jumlah terbatas. Jadi,
masih perlu diperdalam terutama dengan menggunakan
sumber-sumber lokal. Sumbangan buku ini terutama dalam
mengonseptualisasikan aspek-aspek kehidupan kaum menak
dilihat dilihat dari sisi antropologi.
Sebuah karya berjudul Social Status and Power in Java (1959)
yang ditulis oleh Leslie H. Palmier meskipun tidak menyangkut
sejarah Priangan, sangat berguna sebagai pembanding. Karya ini
merupakan kajian antropologi sosial tentang kaum bangsawan
Jawa, khususnya tentang status sosial dan kekuasaan mereka.
Walaupun karya ini bukan kajian sejarah, kerangka konseptual
yang dikemukakannya dapat dijadikan acuan. Dalam karya ini,
Palmier menempatkan sejarah perubahan status para bupati
Jawa (Tengah dan Timur) dalam satu bab yang amat ringkas.
Bahan yang dipergunakan, untuk bab tersebut hanya dari
karya Schrieke dan Furnivall serta sedikit dari Burger. Karena
terbatasnya sumber yang dipergunakan, dari sisi historis hampir
tidak ada tambahan informasi dalam bab ini lebih dari yang
ditulis oleh Schrieke. Palmier memang bukan Sejarawan. Suatu
kritik dapat diajukan dalam hal konsep nobility yang diuraikannya
pada bab 6. Palmier menyebut priyayi Jawa sebagai feudal nobility
(bangsawan feodal), tanpa melihat apakah kebangsawannya
diperoleh karena hubungan darah atau bukan. Konsep nobility
sebenarnya berkaitan dengan kebangsawanan berdasarkan
kelahiran. Oleh karena yang disebut menak itu tidak bisa
dibuktikan secara historis, apakah benar-benar bangsawan atau
bukan, konsep yang lebih tepat dipakai untuk menyebut menak
adalah aristocracy bukan nobility. Kaum menak seperti priyayi Jawa,
juga memiliki sifat-sifat feodal. Selanjutnya, perlu dijelaskan
bahwa dalam disertasi ini kadang-kadang dipergunakan istilah
62