Page 251 - Perspektif Agraria Kritis
P. 251

Perspektif Agraria Kritis



              mengakomodasikan  aneka  perspektif  yang  bersumber  dari
              pelbagai  disiplin  sosiologi,  ekonomi,  politik,  sejarah,
              antropologi,  teori  kebudayaan,  komunikasi,  sastra,  linguistik,
              dan lain-lain, melainkan juga mengusahakannya hingga pada
              taraf  jahitan  abstraksi-idealisasi  yang  utuh  dan  komprehensif.
              Menelusuri aspek sosio-historis, menilik dan membuka  celah-
              celah pembebasan sosial, aneka kebijakan dan pemberdayaan,
              kiprah  kehidupan dan emansipasi, kesetaraan, keadilan dan
              kemerataan, hak-hak dasar kehidupan, konsensus dan konflik,
              dan banyak lainnya adalah rupa-rupa isu yang menarik minat
              dan banyak dimunculkan dalam bingkai arus utama Perspekif
              Kritis ini.
                     Alhasil,  Perspektif  Kritis  dalam  memahami  realitas
              sosial  diharapkan  mampu  keluar  dari  jebakan  tahapan  dan
              proses pereduksian fakta sosial layaknya yang kita kenal dalam
              metodologi kerja disiplin ilmu-ilmu keras (hard sciences) atau
              positivisme.  Hal  lain  yang  memberi  penciri  pada  istilah
              Perspektif Agraria  Kritis ini tidak lain  adalah karena ia juga
              menyandarkan  diri  pada  keyakinan  bahwa  pengetahuan
              bukanlah  entitas  yang  terpisah  atau  eksklusif  (dan  bahkan
              mendapatkan  penilaian  lebih  penting)  dari  ranah  tindakan.
              Keduanya  diasumsikan  saling  membentuk  relasi  dialektis.
              Dalam ungkapan yang  terkenal bahkan Prof Sajogyo, bapak
              Sosiologi Pedesaan asal kampus IPB ini, merumuskan karakter
              penelitian sosiologi pedesaan yang ditekuninya sebagai “dari
              praktik ke teori dan praktik yang berteori”.

                     Dalam konteks inilah mudah dipahami mengapa pada
              Perspektif  Kritis  suatu  penelitian  mustahil  menihilkan  nilai
              atau  dijalankan  secara  “nir-nilai”.  Terlebih  apabila  warga
              masyarakat yang menjadi pokok kajian kita belum beranjak
              menjadi  individu-individu  yang  independen  atau  otonom.
              Sosiolog  dituntut  untuk  berpihak  dan  turut  memberikan
              advokasi kepada bagian kelompok masyarakat  masih rentan
              tersebut.


                                          186
   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255   256