Page 246 - Perspektif Agraria Kritis
P. 246

Bagian VI.  UUPA Sebagai Kerangka Normatif


              •  Rakyat  yang  tidak  mampu  dibebaskan  dari  biaya
                  pendaftaran tanah (Pasal 19 ayat (3)).
              •  Dilakukan  pengawasan  terhadap  peralihan  hak  milik
                  melalui berbagai jenis transaksi (Pasal 26 ayat (1)) dalam
                  rangka   melindungi  golongan  ekonomi  lemah
                  (Penjelasan Umum II butir (6)).

                     Sebagaimana  halnya  prinsip  kebijakan  kedelapan,
              prinsip  yang  terakhir  ini  juga  menjadi  panduan  operasional
                                                                       2
              bagi semua komponen pembaruan tata pengurusan agraria.

              PENUTUP


                     Demikianlah, buku ini dipungkasi dengan konstruksi
              kerangka normatif UUPA untuk mewujudkan pembaruan tata
              pengurusan agraria. Kerangka normatif ini berfungsi sebagai
              panduan  umum  maupun  pedoman  operasional  dalam
              pengembangan  kebijakan,  program  atau  upaya  pembaruan
              apa pun yang terkait dengan agraria.
                     Uraian  semacam  ini  melengkapi  pembahasan  pada
              bab-bab  sebelumnya  di  mana  telah  ditawarkan  sejumlah
              kerangka  maupun  parameter  untuk  penyelesaian  berbagai
              persoalan  agraria,  namun  kesemuanya  itu  dikonstruksikan
              secara teoritis (deduktif) maupun empiris (induktif). Melalui
              pemaduan kerangka normatif UUPA pada konstruksi teoritis
              dan  induktif  tersebut,  penulis  berharap  bahwa  “perspektif
              agraria  kritis”  dapat  memberikan  cara  pandang  yang  lebih
              komprehensif, baik dalam mengkritisi berbagai persoalan dan
              kebijakan  agraria  maupun  dalam  mengupayakan  langkah-
              langkah penyelesaiannya. []


              2  Terkait prinsip afirmasi ini, perlu dicatat bahwa pada dasarnya kedelapan
              prinsip sebelumnya (khususnya prinsip kedua hingga kelima serta prinsip
              kedelapan) juga menegaskan keberpihakan yang kuat kepada golongan
              ekonomi lemah di hadapan golongan ekonomi kaya.


                                          181
   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251