Page 43 - Perspektif Agraria Kritis
P. 43
Perspektif Agraria Kritis
sumber agraria yang ideal, yakni keadilan secara struktur
agraria, kesetaraan di sepanjang relasi produksi-distribusi,
keberlanjutan sistem-sistem ekologi, serta kedaulatan
Indonesia sebagai negara agraris-maritim terbesar di dunia
yang memiliki 17.508 pulau dengan luas teritori sebesar
2
1,904,569 km .
Agenda Sustainable Development Goals (SDGs) yang
diluncurkan PBB tahun 2015 dominan diwarnai perspektif
yang mencerminkan masalah-masalah agraria (hampir 80%),
yakni tanpa kemiskinan (no poverty), tanpa kelaparan (zero
hunger), kehidupan sehat dan sejahtera (good health and well-
being), kesetaraan gender (gender equality), air bersih dan
sanitasi layak (clean water and sanitation), energi bersih dan
terjangkau (affordable and clean energy), berkurangnya
kesenjangan (reduced inequalities), kota dan komunitas yang
berkelanjutan (sustainable cities and communities), pola
konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (responsible
consumption and production), penanganan perubahan iklim
(climate action), ekosistem laut (life below water), ekosistem
daratan (life on land), serta perdamaian, keadilan dan
kelembagaan yang tangguh (peace, justice and strong
institutions).
Masalah keagrarian yang termaktub dalam dokumen
SDGs tersebut juga erat terkait dengan bidang-bidang
keilmuan di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagaimana
dinyatakan dalam Statuta IPB, yaitu pertanian, kelautan, dan
biosains tropika. Lebih jauh, dalam Rencana Jangka Panjang
(RJP) IPB 2019-2045 dinyatakan bahwa persoalan penguasaan
lahan yang sangat sempit oleh petani menjadi kendala utama
untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Oleh sebab itu,
reforma agraria adalah sebuah keniscayaan. Reforma agraria
ini bukan hanya soal menyangkut land reform, namun juga
mencakup access reform yang perlu dipastikan agar terjamin
akses petani terhadap sarana produksi yang bermutu tinggi,
xlii