Page 122 - Jurnal Sejarah Abad Historiografi Pendidikan Indonesia
P. 122
Sekolah Pendidikan Menengah Pangreh Praja: MOSVIA Magelang 1927-1942 | 117
2. Kiprah Lulusan MOSVIA Magelang pemerintahan Indonesia, dimana keduan-
bagi Masyarakat ya sama-sama menuntut kesetiaan pangreh
praja.
Para lulusan dari MOSVIA ini ketika Be- Pangreh praja identik dengan pegawai
landa masih menguasai Indonesia para di bawah pemerintahan Belanda dan Je-
pangreh praja ini banyak yang bekerja pang, kondisi demikian menimbulkan reak-
sebagai Bupati, Patih, Wedana, Asisten si-reaksi yang menganggap pangreh praja
Wedana. “Pejabat-pejabat pribumi dari masih terdapat pengaruh dari Belanda dan
Bupati ke bawah merupakan Korps Pemer- Jepang. Sebutan pangreh praja akhirnya
intah Pribumi (Inlandsche-Bestuurcorps) diganti menjadi pamong praja. “Pamong
atau Inlandsche Binenland Bestuur (Dali- praja merupakan pejabat pemerintah yang
man, 2012: 98).” Belanda memang mem- bertindak sebagai alat untuk memperlancar
berikan fungsi ganda pada pangreh praja jalannya pemerintahan.” Tugas pamong
dalam sistem Pemerintahan Belanda, para praja jelas mereka sebagai individu yang
pengreh praja diposisikan sebagai kepala memimpin rakyat. Seorang pamong praja
tradisional rakyat dan pegawai negeri yang wajib memiliki komitmen untuk bertugas
mendapat upah. demi kepentingan rakyat.
Awal masa Jepang menduduki Indo- Kekosongan pemerintahan dan sering
nesia dan mengambil alih kekuasaan dari bergantinya pemerintahan mengakibatkan
Belanda, peran dari pangreh praja mulai terjadinya perekrutan pamong praja da-
dihapuskan. Hal ini terjadi karena Jepang lam tubuh pemerintahan Indonesia. Para
menganggap pangreh praja mendapat pen- lulusan MOSVIA ini banyak yang masuk
garuh kuat dari Belanda, sehingga lulusan dalam jajaran pemerintahan ada yang men-
dari MOSVIA sangat sedikit yang masuk jadi Gubernur, Residen, Wakil Residen,
dalam pemerintahan Jepang. Akhir kekua- dan Bupati. Banyak juga lulusan MOSVIA
saan Jepang di Indonesia barulah peran yang memiliki peran dalam dunia militer,
dari pangreh praja ini mulai dikembalikan bekerja di Departemen Dalam Negeri, De-
lagi. “Pemerintah Jepang mulai meman- partemen Agama, Polisi, Departemen Luar
faatkan pangreh praja sebagai jembatan Negeri, Jaksa, menjadi duta besar bagi In-
antara rakyat dan pemerintah setelah mere- donesia di beberapa negara, mengabdikan
ka menyadari bahwa pangreh praja terlatih diri dalam pendidikan di Indonesia, dan
baik dan terbiasa dengan prosedur birokra- ada beberapa lulusan MOSVIA Magelang
tis (Aiko, 1993: 394-395)”. yang justru memiliki profesi di luar sistem
Kekosongan pemerintahan begitu tera- pemerintahan.
sa ketika Jepang menyerah kepada Sekutu. Pendidikan di MOSVIA Magelang se-
Pangreh praja dapat dikatakan mengalami bagai sekolah pendidikan menengah pan-
kebingungan dengan kondisi ini, karena greh praja ini tentu memberikan bekal bagi
pada saat bersamaan Belanda mulai datang karier mereka sebagai seorang pamong
kembali untuk membangun kekuasaan di praja. Keragaman karier para lulusan
Indonesia. Pangreh praja berada dalam MOSVIA ini menunjukkan eksistensi dari
dua pilihan mengikuti Belanda lagi atau
para lulusan MOSVIA untuk memberikan
Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019