Page 80 - Kecerdasan Emosional Menuju Keluarga Sakinah
P. 80

Kecerdasan Emosional Menuju Keluarga Sakinah


              potensi  dirinya  dan  mengaktualisasikan  diri.  Setiap  orang
              mencintai  sesuatu  yang  dapat  mendatangkan  kebaikan,
              ketenangan,  kebahagiaan  pada  dirinya. 21  Cinta  pada  diri
              sendiri  hendaknya  jangan  berlebih-lebihan  dan  melewati
              batas. Sebaiknya cinta pada diri sendiri itu diimbangi dengan
              cinta  pada  orang  lain  dan  cinta  berbuat  kebaikan  kepada
              mereka. Agar cinta dalam keluarga tersebut selalu langgeng,
              seseorang  harus  membatasi  cintanya  pada  diri  sendiri  dan
              egoismenya  dan  menyeimbangkan  cinta  tersebut  dengan
              cinta  dan  kasih  sayang.  Al-Qur’an  menekankan  tentang
              perlunya kasih sayang dan keakraban antara suami istri dan
              anggota  keluarga  serta  saling  bekerjasama,  persatuan,  dan
              persaudaraan antara mereka. Hal ini dapat dilihat pada (QS.
              Ali Imran: 103), (QS. Al-Anfal: 62-63).
                     Di  samping  cinta  yang  telah  diuraikan  di  atas,  hal
              yang  membantu  menjaga  kelestarian  hubungan  suami  istri
              adalah  cinta  seksual.  Cinta  erat  kaitanya  dengan  dorongan
              seksual,  sebab  ialah  yang  bekerja  dalam  melestarikan  kasih
              sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Ia
              merupakan faktor primer bagi kelangsungan hidup keluarga.
              (QS. al-Rum: 21), (QS. Ali Imran: 14), (QS. Yüsuf 30).
                     Islam  mengakui  dorongan  seksual  dan  tidak
              mengingkarinya.  Dengan  sendirinya  ia  mengakui  cinta
              seksual  yang  menyertai  dorongan  tersebut.  Sebab  dorogan
              seksual merupakan emosi alamiyah dalam diri manusia yang
              tidak  diingkari  oleh  Islam.  Namun  yang  diserukan  Islam
              hanyalah  pengendalian  dan  penguasaan  cinta  ini,  lewat
              pemenuhan  dorongan  tersebut  dengan  cara  yang  sah,  yaitu
              perkawinan.

              ____________
                     21  Utsman  Najati, Al-Qur  ‘an  dan Ilmu  Jiwa,  terj.  Ahmad  Rofi
              ‘Usmani, cet. I (Bandung: Pustaka, 1985), hal. 82.

                                                                        79
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85