Page 85 - Kecerdasan Emosional Menuju Keluarga Sakinah
P. 85
Dra. Hayati, M. Ag
oleh istrinya makanan yang tidak disukai, beliau tidak memakannya,
tanpa mencela makanannya atau mencela. Sehingga mustahil
teralisasi kewajiban jika tidak membuahkan hak dan sebaliknya.
Bila alur berfikir di atas, dapat diaktualisasikan dalam
keluarga maka akan terbentuk sebuah tatanan keluarga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah.
4. Terselenggaranya kebutuhan yang seimbang
Dalam sebuah keluarga prinsip egalitas, persamaan dan
kesejajaran antara laki-laki sebagai suami dan perempuan sebagai
istri adalah perihal yang diperintahkan dalam agama. Artinya
antara suami dan istri harus ada sikap take and give (memberi dan
menerima), saling isi mengisi dengan tetap berpijak pada
keistimewaan dan kekurangan masing-masing. Jadi dalam al-
Qur’an disebutkan bahwa orang laki-laki lebih kuat ketimbang
wanita (Arrijalu qawwamüna ‘alannisa’) dalam hal ini terkesan
adanya dominasi suami terhadap istri.
Untuk menghindari kesenjangan ini Islam mengatur
adanya kewajiban suami terhadap istri dan adanya kewajiban
istri terhadap suami, sehingga masing-masing suami istri
akan memperoleh hak yang sama dan berimbang sesuai
dengan kodratnya.
Tidak semua orang memiliki persepsi yang sama
dalam pembagian hak dan kewajiban ini, untuk itu perlu
adanya upaya mensinergikan antara intelektual, emosional
dan spritual dalam diri masing-masing suami istri. Sehingga
tidak ada lagi bentuk protes dan penyalahan kedudukan
maupun posisi dalam sebuah keluarga. Setiap yang dilakukan
semuanya atas dasar ibadah kepada Allah, dan untuk
kesejahteraan dan kebahagia dalam keluarga. Sebagaimana
firman Allah dalam QS. An-Najm: 42 yang artinya:
84