Page 192 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 192

PERSOALAN BENTUK BAHTERA


            Nuh ini. Para rabi telah mewariskan kepada kita banyak rincian
            untuk memperkuat narasi sederhana tersebut.
               Nuh, misalnya, dianggap telah menanam pohon sedar selama
            seratus dua puluh tahun sebelumnya dengan keuntungan ganda
            bahwa masyarakatnya akan punya kesempatan untuk menjauhi
            dosa, dan pohon-pohon itu akan tumbuh cukup tinggi. Bahtera
            itu secara beragam dilengkapi tiga ratus enam puluh petak, atau
            ruang, dengan ukuran sepuluh kali sepuluh yard, dan sembilan
            ratus petak, enam kali enam yard. Beberapa otoritas memandang
            lantai paling atas untuk binatang yang tidak halal, lantai tengah
            untuk manusia dan binatang yang halal, dan lantai dasar untuk
            pembuangan, sementara yang lain lebih suka pembagian yang
            sebaliknya, walaupun ada sebuah pintu pembuangan untuk
            membuang kotoran ke laut. Atra-hasīs, sambil mengosongkan
            panci-panci, pastinya sering merenungkan dengan getir tentang
            dongeng binatang Akkadia yang jenaka ini:

               Seekor gajah berkata pada dirinya sendiri, ‘Di antara
               binatang-binatang liar dewa Shakkan, tidak ada satu pun
               yang dapat berak sepertiku.’ Burung sipidiqar menjawab,
               ‘Padahal, aku, untuk ukuranku sendiri, bisa berak sepertimu.’

            Karena langit tertutup bagi para penumpang Bahtera, siang dan
            malam di sana pastinya tetap gelap, tetapi para Rabi menjelaskan
            bahwa Nuh menggantungkan batu-batu mulia yang bersinar
            seperti matahari siang hari. Pengumpulan binatang, beserta
            pakan mereka, telah ditangani oleh sekelompok malaikat,
            sementara binatang-binatang pilihan berperilaku baik untuk
            ditiru dan tidak melakukan kegiatan reproduksi selagi di atas
            kapal. Nuh tidak pernah tidur karena dia terjaga setiap saat
   http://facebook.com/indonesiapustaka  kayu ke perahu untuk mencegah orang jahat menyelinap masuk
            memberi makan penumpang perahu itu. Satu hal lagi: ketika
            pemuatan sedang berlangsung, singa-singa garang menjaga titian

            ke dalam bahtera. Ini mengingatkan saya pada singa-singa yang
            ada di pintu belakang British Museum, yang ditempatkan di
            sana untuk menjaga agar pengunjung tidak pergi.




                                          181
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197