Page 388 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 388
MENELITI TEKS GILGAMESH XI
Kotak Kosakata Gilgamesh:
Bahasa Akkadia šaqû, ‘jadi tinggi’.
Bahasa Sumeria nindan = Akkadia nindānu, ‘ukuran nindan’.
Bahasa Akkadia igāru, jamak, ‘dinding’.
ta.àm hanya berarti ‘masing-masing’.
Pengulangan ‘sepuluh nindan masing-masing’ ini, yang cukup
dapat diterima dalam sebuah puisi Romantik, terbaca janggal
sekali dalam bahasa Akkadia. Mungkin saja itu sebuah kesalahan,
karena hal ini mudah terjadi ketika seorang penyunting
sedang menggabungkan berbagai sumber-sumber tertulis untuk
menghasilkan satu teks. Meskipun begitu, lebih mungkin
pengulangan ‘sepuluh nindan masing-masing’ ini diperkenalkan
oleh redaktur Giglamesh tertentu untuk membuat naskah di
tangannya menjadi masuk akal, dengan mempertimbangkan
bahwa panjang dan lebarnya sama, seperti yang dikatakan pada
baris 30, dia juga harus memberi informasi tentang tingginya.
Dengan melupakan bentuk lingkaran pada titik ini menjadikan
penjelasan kuno—‘lebar dan panjangnya harus sama’—yang
semula memperkuat gagasan desain bundar—menjadi bermakna
berbeda sepenuhnya, yang menimbulkan kesalahpahaman abadi
dalam Gilgamesh XI sehingga Utnapishti membuat bahtera persegi.
Perahu bundar sederhana asli, yang mengalami perluasan teks
berikutnya, dengan demikian mengeras menjadi sebuah kubus
yang tidak masuk akal, dan teks Assyria, yang dengan sendirinya
gamblang dan penuh arti, memberi Utnapishti sebuah kapsul
penyelamat yang sama sekali tidak praktis. Bahtera yang statistik
vitalnya dikutip dalam Gilgamesh XI: 61–63 telah mengundang
banyak diskusi setelahnya tetapi bahtera ini, dari sudut pandang
sejarah, merupakan sebuah khayalan belaka.
http://facebook.com/indonesiapustaka Bagaimana mungkin tinggi dinding dalam Gilgamesh XI sepuluh
Masalah (b):
= enam puluh meter)
kali lipat lebih tinggi (sepuluh nindan
daripada dinding dalam tradisi teks induk (satu nindan = 6
meter)?
377

