Page 35 - buku-Puisi
P. 35
35
o. Anak. Anakku ngger
Tangismu lebih merdi dari suluk muluk ki dalang jemblung
Lebih laras dari tembangnya nyai bei Madularas
Lebih gandem dari uyon-uyonnya kiyai Gandes Luwes
Marilah ngger, kuajar mengeja nama baptismu dalam aksara
Hanacaraka:
Wahai, kau, tulang dari tulangku, daging dari dagingku,
Darah dari darahku!
(Darmanto Jatman, Karto Iya Bilang Mboten)
Puisi tersebut menggunakan kosa kata bahasa Jawa, seperti tukar padu, purik
’bertengkar’, gandem ’merdu’ , uyon-uyonnya ’lagu/tembang’, ngger ’nak’, bahasa
Inggris: -o, bones of my bones, flesh of my flesh, blood of my blood ’tulang dari tulangku,
daging dari dagingku, Darah dari darahku’., di samping bahasa Indonesia. Pembaca
mungkin akan bertanya, ”Mengapa kosa kata bahasa Jawa dan Inggris dalam puisi
tersebut tidak diganti dengan padanan katanya dalam bahasa Indonesia?” Penggunaan
bahasa Jawa dan Inggris, menjadi pilihan penyair, untuk memberikan warna lokal yang
berhubungan dengan masyarakat suku Jawa dalam budaya global, yang tetap
mementingkan kehadiran anak dalam kehidupan rumah tangganya.
Berdasarkan wujud visualnya, dikenal adanya puisi tipografi dan puisi konkret.
Puisi tipografi misalnya tampak pada puisi ”Tragedi Winkha & Sihka” karya Sutardji
Calzoum Bachri seperti sudah dikutip di muka.
TRAGEDI WINKA & SIHKA
kawin
kawin
kawin
kawin