Page 217 - Gagasan Inovasi Pendidikan Volume 1
P. 217
Inspiring Lecturer Paragon
terjebak di dalam administratif culture ini. Dan jika dosen terjebak
dalam situasi tersebut maka bisa dipastikan dosen akan mengalami
distract core function yaitu mengalami ketergangguan fungsi
mengajarnya.
Menurut Robin Alexander (2004), terdapat pola pengajaran
dialogis yang terdiri dari: Kolektif (guru dan murid membicarakan
tugas bersama-sama, baik secara klasikal, berkelompok, maupun
individual); Resiprokal (guru dan murid saling mendengarkan,
berbagi ide, dan menimbang pilihan cara pandang); Suportif (murid
mengungkapkan gagasan dengan bebas, tanpa takut salah atau malu.
Murid membantu satu sama lain untuk mendapatkan pemahaman
yang sama); Kumulatif (guru dan murid dapat menyampaikan ide
masing-masing kemudian merangkainya dalam kesatuan alur
berpikir); Bertujuan (guru merancang dan memfasilitasi pengajaran
dialogis berdasarkan tujuan belajar tertentu). Ini juga sebaiknya
dilakukan dalam pengajaran dialogis dosen dan mahasiswa.
Mahasiswa juga manusia. Sebagai sesama manusia, dosen
perlu selalu membangun percakapan bermakna. Percakapan
bermakna bisa diawali dengan pertanyaan sederhana seperti: apa
kabar kamu hari ini, bagaimana kondisi keluarga, bagaimana kondisi
kekinian yang sedang faktual dan sebagainya. Percakapan seperti ini
adalah langkah awal membangun relasi sosial yang memanusiakan
hubungan. Mahasiswa akan merasa diperhatikan dan dipahami,
sehingga relasi ini akan amat berdampak pada proses pembelajaran.
Kembali pada kemerdekaan belajar di ruang kuliah.
Bagaimana mempraktikkan merdeka belajar di ruang kuliah?
205

