Page 297 - My FlipBook
P. 297
Isu-Isu Keummatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal
Pidato kemenangan tersebut mengandung makna yang luar biasa;
pertama, deklarasi prinsip persamaan hak dalam Islam. Perlu dicatat bahwa,
teori persamaan hak baru dikenal dalam hukum positif manusia pada akhir
abad ke-18 atau awal abad ke 19. Artinya, Islam telah mendahuluinya beratus-
ratus tahun ; kedua, pengakuan dan apresiasi Islam yang tinggi atas
kemajemukan dan eksistensi suku bangsa di dunia, dengan demikian Islam
tidak melegalkan penindasan dan penjajahan masyarakat dunia, siapa, di
mana, kapan dan atas nama apapun. Prinsip ini berimplikasi lebih jauh pada
potret dan orientasi masyarakat muslim yang universal dan kosmopolitan.
Dalam struktur masyarakat Islam, manusia tidak lagi dipandang berdasarkan
paradigma etnik dan religio-kultural. Tidak pula dipilah berdasarkan sosio-
geografisnya. Satu-satunya parameter yang kompatibel dengan semangat
tauhid ialah ketaqwaan yang aktual dalam tataran kehidupan pribadi, sosial
serta berimplikasi positif pada kehidupan berbangsa dan bernegara
Kehidupan Rasulullah SAW dan pesona tamaddun (peradaban)
terbaca di atas merupakan bukti otentik dari ajaran menegakkan kebenaran
dan keadilan (al-haqq wa al-‘adl) kepada siapapun jua secara benar, adil dan
proporsional. Bahkan, makrokosmos pun berporos pada dua hal ini :
م م
م
م م
م
م
م
م
َّ
اورس ل تَّ لَو م م طسهْ لبا نزوْ لا اوميقمأو . نازيمْ لا قي اوغْ ات لَمأ . نازيمْ لا عضوو اهع فر َامسل او م
م
م
م م
ْ
َّ
م م
م ْ
م
م
ْ
مم مم م م م
ْ
ل م
م
ل
م
نازيمْ لا
م
م
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca
(keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan
kalian pada hari ini,” pergilah kalian, karena kalian semua adalah orang-orang yang bebas!.
(Shafiyyu al-Rahman al-Mubârakfury, al-Rahîq al-Makhtûm, Bahtsun fî al-Sîrati al Nabawiyyah
[Riyâdh : Maktabah al-Muayyid, 1418 H], hlm. 405)
285