Page 190 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 190
administratif. Bawaslu Provinsi bersifat tetap dan berkedudukan di Ibukota
Provinsi, sementara Bawaslu Kabupaten/Kota bersifat tetap dan
berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota. Adapun untuk jumlah Anggota
Bawaslu Provinsi sebanyak 5 (lima) atau 7 (tujuh) orang. Jumlah Anggota
69
Bawaslu Provinsi tercantum dalam lampiran II UU Pemilu. Sedangkan,
jumlah Anggota Bawaslu Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) atau 5 (lima)
orang. Jumlah Anggota Bawaslu Kabupaten/Kota tercantum dalam lampiran
70
II UU Pemilu. Pada sisi lain, Tugas, Wewenang dan Kewajiban Bawaslu
secara umum juga dilaksanakan oleh Bawaslu Provinsi dan Bawaslu
Kabupaten/Kota, kecuali ditentukan berbeda oleh UNDANG-UNDANG
Pemilu. Sebagai contoh kewenangan menangani proses pelanggaran
administrasi Pemilu yang bersifat TSM yang hanya ada pada Bawaslu,
namun tidak ada pada Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota.
Dalam penyelenggaraan Pilkada tugas, wewenang dan kewajiban Bawaslu
Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota merujuk kepada undang-undang
yang mengatur tentang Pemilihan Kepala Daerah
G. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu atau yang kemudian dikenal
dengan DKPP merupakan salah satu lembaga penyelenggara pemilu yang
memiliki tugas dan wewenang penegakan kode etik KPU dan Bawaslu. DKPP
bersifat tetap dan berkedudukan di ibu kota negara. Keanggotaan DKPP
terdiri dari satu orang ex officio dari unsur KPU, satu orang ex officio dari
unsur Bawaslu, dua orang unsur/utusan pemerintah dan tiga orang
unsur/utusan DPR. DKPP pertama kali dibentuk dengan Undang-Undang
Nomor 12 tahun 2003 dengan nama Dewan Kehormatan yang sifatnya ad
hoc dan berasal dari unsur internal KPU. Dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2007 posisi Dewan Kehormatan diperkuat namun masih tetap bersifat
ad hoc yang unsurnya berasal dari KPU dan eksternal KPU. Dalam Undang-
Undang Nomor 15 tahun 2011 posisi Dewan kehormatan Pemilu semakin
kuat, bersifat tetap dan diberi nama Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu yang bertugas menangani pelanggaran kode etik penyelenggara
69 Pasal 92 ayat (2) dan ayat (3), UU Pemilu
70 Pasal 92 ayat 2 huruf c dan ayat 3, UU Pemilu
174 BAB 4 – KELEMBAGAAN PENYELENGARA PEMILU

