Page 193 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 193

d. memutus pelanggaran kode etik.


                 DKPP berkewajiban  :

                 a.  menerapkan prinsip menjaga keadilan, kemandirian, imparsialitas dan
                    transparansi;
                 b. menegakkan kaidah atau norma etika yang berlaku bagi penyelenggara
                    pemilu;
                 c.  bersikap netral, pasif dan tidak memanfaatkan kasus yang timbul untuk
                    popularitas pribadi; dan
                 d. menyampaikan putusan kepada pihak terkait untuk ditindaklanjuti.


              H. Hubungan antara KPU-Bawaslu-DKPP

                 Sebagaimana  telah  disinggung  sebelumnya,  secara  formal  yuridis  KPU,
                 Bawaslu dan DKPP adalah LPP dengan satu kesatuan fungsi yang berbeda.
                 KPU sebagai penyelenggara pemilu, Bawaslu sebagai pengawas pemilu dan
                 DKPP  sebagai  penegak  kode  etik  penyelenggara  pemilu.  Walau  tugas,
                 kewenangan dan kewajiban ketiga LPP sudah diatur dalam regulasi, dalam
                 praktiknya relasi ketiganya tidaklah selalu berjalan sebagaimana mestinya.
                 Hal itu setidaknya disebabkan sejumlah hal. Pertama, faktor personal. Relasi
                 antar ketiga LPP bermasalah disebabkan persoalan personal yang kemudian
                 terbawa dalam sikap dan relasi kelembagaan. Kedua, faktor komunikasi. Di
                 sejumlah daerah relasi ketiga LPP memburuk karena lemahnya komunikasi
                 antar lembaga, khususnya antara KPU dan Bawaslu.


                 Ketiga,  faktor  regulasi.  Seringkali  regulasi  atau  peraturan  kepemiluan
                 memunculkan  pengaturan  baru  khususnya  terkait  kewenangan  yang
                 kemudian  memicu  masalah  di  lapangan.  Salah  satu  contoh  yang
                 mengemuka  dalam  Pemilu  2019  adalah  ketika  UU  Pemilu  memberi
                 wewenang  baru  penanganan  pelanggaran  administrasi  pemilu  kepada
                 Bawaslu tanpa norma batas waktu yang defenitif. Dalam praktiknya, ada
                 sejumlah  putusan  pelanggaran  administrasi  Bawaslu  terbit  setelah
                 melewati  tahapan  penetapan  pemilu  nasional  dan  putusan  tersebut
                 berdampak pada perubahan hasil perolehan suara Parpol atau Calon, yang
                 kemudian tindaklanjutnya menjadi problematik bagi KPU. Sebab UU Pemilu
                 menyebut bahwa perubahan perolehan suara pasca keputusan KPU tentang
                 penetapan hasil pemilu hanya dapat dilakukan melalui putusan MK. Selain


                                               BAB 4 – KELEMBAGAAN PENYELENGARA PEMILU     177
   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198