Page 207 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 207

DKPP adalah sebuah lembaga peradilan etik untuk memperhatikan kinerja
                 dan  perilaku  para  komisioner  KPU  dan  bawaslu  dalam  menjalankan
                 perannya. Kedua badan ini yang kemudian berinteraksi pula dengan KPU
                 dalam  menjalankan  tugasnya.  Lebih  detail  tentang  relasi  antar  lembaga
                 penyelenggara pemilu dapat dilihat di Bab 4.

              D. Tahapan Persiapan Pemilu


                 Di tahap ini, KPU dituntut melakukan persiapan yang menyangkut dukungan
                 kelembagaan, seperti aturan hukum dan juga persiapan lain yang bersifat
                 teknis,  seperti  logistik.  Tahap  awal  ini  menjadi  krusial  bagi  KPU  karena
                 segala  bentuk  perencanaan,  monitoring  dan  anggaran  yang  dibutuhkan
                 tentu  menjadi  mutlak  dipersiapkan  secara  matang.  Untuk  itu,  bagi  KPU
                 tahapan ini menjadi titik awal dan kritis untuk menjadikan pemilu dengan
                 tujuan yang ingin dicapainya.


                 D.1.  Pembentukan Regulasi

                 Tahapan ini adalah satu kegiatan dalam menafsirkan berbagai regulasi yang
                 tercantum  di  dalam  UU  Pemilu  ke  PKPU.  Dalam  tahapan  pembentukan
                 regulasi, KPU diharuskan untuk menerjemahkan amanat UU Pemilu dalam
                 bentuk  aturan  dan  regulasi  yang  bersifat  teknis  sebagai  bagian  dari
                 kerangka  hukum  pelaksanaan  pemilu.  Dalam  praktiknya,  selain
                 menerjamahkan sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam UU Pemilu,
                 KPU yang memiliki sifat independen dan mandiri tersebut juga menjalankan
                 fungsi  quasi  Legislatif.  Fungsi  tersebut  adalah  menerjemahkan  norma
                 perundang-undangan  secara  lebih  spesifik  dalam  rangka  menghasilkan
                 kualitas  penyelenggaraan  pemilu  yang  demokratis.  Sebagai  contoh,  UU
                 Pemilu tidak mengatur mengenai sanksi diskualifikasi bagi Parpol peserta
                 pemilu yang tidak mampu memenuhi kuota 30 persen perempuan dalam
                 daftar  calon  Anggota  Legislatif.  Namun,  di  dalam  menginterprestasikan
                 Pasal 245 UU Pemilu mengenai keterwakilan perempuan paling sedikit 30
                 persen,  KPU  menerjemahkan  pengaturan  ini  sebagai  sebuah  hal  yang
                 mengikat dan wajib untuk dipenuhi dengan konsekuensi diskualifikasi.


                 Pada sisi lain, dalam rangka mendorong legitimasi terhadap PKPU sekaligus
                 menjalankan  prinsip  transparansi  terutama  untuk  memperoleh  masukan
                 terhadap rancangan PKPU, KPU selalu membuka ruang uji publik dengan

                                                                 BAB 5 – TAHAPAN PEMILU    191
   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212