Page 59 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 59

sebagai presiden, kemudian yang satu berperan sebagai kepala eksekutif
                 pemerintahan.  Kesepakatan  inipun  terjadi  karena  intervensi  Amerika
                 Serikat.  Kepemimpinan  kembar  seperti  ini  mengakibatkan  sangat  sulit
                 berjalannya pemerintahan secara efektif.


                 Peristiwa serupa terjadi juga di Zimbabwe. Nelson Chamisa, Calon oposisi
                 Gerakan  Perubahan  Demokratis  (MDC)  yang  kalah  Pemilu  menolak
                 diadakannya  pelantikanan  Emmerson  Mnangagwa  pada  Agustus  2018
                 karena pihaknya menemukan bukti pihak kepolisian tidak netral dan dan
                 ikut terlibat melakukan kecurangan. Pimpinan institusi yang harusnya netral
                 tapi  terbukti  mewajibkan  semua  polisi  harus  mencoblos  surat  suara  di
                 bawah tekanan dan pengawasan satuan masing-masing. Kondisi menjadi
                 panas  dan  tidak  menentu  karena  juga  perolehan  suara  kedua  Calon
                 selisihnya  terpaut  sangat  tipis.  Mnangagwa  meraih  50,8  persen  suara
                 sedangkan  lawannya  Chamisa  meraih  44  persen  suara.  Pihak  Chamisa
                 makin  bersemangat  dengan  cara  mendesak  Mahkamah  Konstitusi  untuk
                 membatalkan kemenangan Mnangagwa karena dugaan kecurangan yang
                 dilakukan oleh penyelenggara Pemilu. Komisi Pemilihan Zimbabwe sempat
                 merevisi  hasil  pemilihan  presiden  sebanyak  dua  kali.  Tapi  Mahkamah
                 Konstitusi  Zimbabwe  pada  Agustus  2018  mengeluarkan  putusan
                 memperkuat  kemenangan  tipis  Mnangagwa.  Putusan  itu  menyebabkan
                 suasana di negara itu dalam keadaan kacau.


                 Kekacauan  Pemilu  tahun  1990  di  Yugoslavia  menjadi  salah  satu  sebab
                 negara itu bubar. Konflik terjadi berawal ketika partai komunis kalah dan
                 partai-partai  berhaluan  nasionalis  menguasai  perolahan  kursi.  Sebelum
                 pecah  menjadi  negara-negara  kecil  seperti  Republik  Serbia,  Republik
                 Montenegro, Republik Kroasia, Republik Slovenia, Republik Makedonia dan
                 Bosnia  Herzegovina,  negara  pelopor Gerakan Non-Blok  (GNB)  ini dikenal
                 sebagai sebuah negara komunis yang maju dan makmur rakyatnya.


                 Negara-negara  ini  gagal  melaksanakan  Pemilu  sehingga  melahirkan
                 bencana.  Menurut  Asshiddiqie  (2006)  bahwa  tujuan  penyelenggaraan
                 Pemilu adalah  untuk  memungkinkan  terjadinya peralihan  kepemimpinan
                 pemerintahan  secara  tertib  dan  damai,  untuk  memungkinkan  terjadinya
                 pergantian  pejabat  yang  akan  mewakili  kepentingan  rakyat  di  lembaga
                 perwakilan,  untuk  melaksanakan  prinsip  kedaulatan  rakyat  dan  untuk
                 melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.

                                                            BAB 2 – NILAI DAN ASAS PEMILU   43
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64