Page 60 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 60

Pemilu Indonesia pada masa Orde Baru, meski proses penyelenggaraannya
           berjalan  lancar  dan  stabil,  namun  dampak  dari  hasil  Pemilu  itu  belum
           memberikan kontribusi bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara
           adil  dan  merata.  Produk  Pemilu  saat  itu  justru  hanya  melahirkan
           pemerintahan yang korup dan otoriter. Saat itu Pemilu hanya dilaksanakan
           secara formalitas untuk melegitimasi kekuasaan. Hasil yang diperoleh sudah
           dirancang  jauh  sebelum  tahapan  Pemilu  dimulai.  Sehingga  pemenang
           Pemilu sudah diketahui sebelum kompetisi dimulai. Pemilu tidak dilakukan
           secara  transparan,  terjadi  mobilisasi  pemilih  termasuk  pengarahan
           birokrasi, serta pemberlakuan proses pidana bagi yang menentang rejim
           yang sedang berkuasa. Benar yang dikatakan Santoso dan Supriyanto (2004)
           bahwa  tidak  dapat  dikatakan  sebagai  Pemilu  yang  berhasil,  jika  mereka
           terpilih melalui cara-cara yang penuh dengan pelanggaran dan kecurangan
           yang bertentangan dengan asas Luber dan Jurdil.


           Dianggap  bahwa  rejim  Orde  Baru  mulai  menyimpang  dari  proses
           berdemokrasi maka munculah kelompok perlawanan untuk menggulingkan
           rejim itu. Puncaknya terjadi pada Mei tahun 1998 dengan tumbangnya rejim
           orde  baru  dan  pemerintahan  Soeharto.  Pergantian  rejim  menjadi  pintu
           masuk  bagi  proses  tata  ulang  sistem  bernegara  dalam  berbagai  bidang
           termasuk memperbaiki tata kelola penyelenggaran Pemilu.


           Pada Tahun 1999 untuk pertama kali diadakan Pemilu pasca tumbangnya
           pemerintahan Orde Baru. Sebagai dasar hukum pelaksanaan menggunakan
           UU nomor 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. Dalam bab I pasal 1 UU
           itu  menyebutkan  bahwa  Pemilihan  Umum  adalah  sarana  pelaksanaan
           kedaulatan  rakyat  dalam  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia  yang
           berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pemilihan Umum
           diselenggarakan secara demokratis dan transparan, jujur dan adil, dengan
           mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum,
           bebas, dan rahasia. Ketentuan itu berlaku hingga saat ini yakni ketika Pemilu
           menggunakan UU Nomor 7 Tahun 2017 dengan asas Pemilu luber dan jurdil.


           Komitmen untuk melaksanakan Pemilu luber dan jurdil paling tidak memiliki
           empat alasan, seperti yang disebutkan di gambar 3. Pertama memastikan
           Pemilu  memiliki  legitimasi.  Pemilu  harus  memiliki  kepastian  hukum,
           kontestasi  peserta,  penyelenggara  yang  mandiri  serta  pelibatan  dan
           partisipasi masyarakat. Dukungan masyarakat akan sangat tergantung pada

     44     BAB 2 – NILAI DAN ASAS PEMILU
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65