Page 129 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 129
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
Schüffner membuat Mochtar sibuk dalam ceruk akademis yang
sangat spesifik ini di laboratoriumnya.
Ketika Mochtar masih di Tanjung Balai dan Schüffner
juga belum kembali ke Belanda, “seorang ahli bekteriologi
yang sangat terhomat dan memiliki reputasi internasional, Dr.
Noguchi Hideyo, mempublikasikan makalah pada periode
1919 dan 2020 yang menggambarkan spesies leptospira.
Noguchi menamakan spesies itu Leptospira icteorides
(L.ictroides) dan menyebutnya sebagai kemungkinan penyebab
demam kuning”. Akan tetapi, Schüffner tidak mempercayai
hipotesis (Noguchi) tentang demam kuning-leptospira ini. Ia
kemudian menugaskan Mochtar untuk meneliti lepstospira di
laboratoriumnya di Amsterdam, seperti yang pernah ia tugaskan
juga kepada Raden Soesilo dua tahun sebelumnya. Schüffner
mendorong Mochtar untuk menguji hipotesis Noguchi melalui
pengujian laporatorium yang sangat rumit. Hasil uji hipotesis
tersebut (kelak) menuntut karier akademik Mochtar bersilang
jalan dengan karier Noguchi yang hebat dan gemilang, tetapi
berakhir tragis. 6
Tugas yang diberikan Schüffner kepada Mochtar sekaligus
juga akan menjadi karya disertasinya untuk meraih gelar doktor
di bawah bimbingan Schüffner sendiri di Universitas Amsterdam.
6 J. Kevin Baird & Sangkot Marzuki, Eksperimen Keji Kedokteran Penjajahan
Jepang: Tragedi Lembaga Eijkman & Vaksi Maut Romusha 1944-1945. Jakarta:
Komunitas Bambu, 2020, hlm. 92. Tentang bagaimana akhirnya hasil penelitian
Mochtar yang kemudian menjadi disertasinya di bawah bimbingan Dr. Schüffner
berhasil mengugurkan ilmuwan hebat sekelas Noguchi akan kita kupas dalam
bagian selanjutnya di buku ini.
100