Page 127 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 127
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
(Jerman). Mohammad Sjaaf dan Sardjito juga mengambil
spesialisasi masing-masing sesudah menempuh ujian dokter.
Sjaaf memperoleh gelar doktor di Amsterdam tahun 1923
setelah mengajukan promosi dengan disertasi “Verelverloop
in netvliesen oogzenuw” (Kemerosotan Serabut dalam Retina
dan Saraf Mata). Sedangkan Sardjito mengajukan promosi pada
tahun yang sama di Leiden, sesudah mengambil spesialisasi
ilmu kesehatan tropis dengan studi mengenai disentri basiler
(Poeze, 2014:161).
Dari belasan alumni STOVIA yang melanjutkan
pendidikan di Negeri Belanda dalam periode 1921 – 1930-an,
sebagian besar berhasil menyelesaikan studi masing-masing
dan meraih gelar doktor, termasuk Achmad Mochtar tentunya.
Namun demikian, mereka sebagian juga aktif dalam PH,
organisasi pergerakan yang kemudian di bawah pimpinan Nazir
Dt. Pamontjak (mahasiswa hukum di Leiden) dan Mohammad
Hatta (mahasiswa ekonomi di Rotterdam) berganti nama
menjadi Pehimpunan Indonesia (PI).
Meskipun oleh Poeze (2014:219) kalangan mahasiswa
kedokteran disebut lebih moderat dalam berpolitik, tetapi di
antara mereka juga aktif dalam PH maupun PI. Malah Goenawan
Mangoenkoesomo pernah menjadi Ketua PH tahun 1919, dan
Soetomo menjadi ketua tahun 1921. Demikian juga Sjaaf dan
Sardjito, juga pernah duduk dalam kepengurusan PI. Sedangkan
Achmad Mochtar, walaupun tidak pernah duduk dalam
kepengurusan PH, tetapi ia juga aktif dalam berbagai kegiatan
perhimpunan setelah berganti nama menjadi PI tahun 1924.
98