Page 136 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 136
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
Setelah hampir empat tahun di Bengkulu, bulan Februari
1932 Doktor Achmad Mochtar dipindahkan ke Semarang, Jawa
Tengah, untuk mengepalai jawatan kesehatan dan laboratorium
pemberantasan penyakit lepra (Gunseikanbu:331; Het nieuws
van den dag voor Nederlandsch-Indie, 06-02-1932). Di kota
terbesar Jawa Tengah inilah Mochtar kembali bertemu kembali
dan bekerja sama erat dengan sejawatnya sesama alumni
STOVIA dan selama menuntut ilmu di Negeri Belanda, yaitu
Dr. Sardjito . Pada waktu bersamaam dengan Mochtar, Sardjito
1
juga menjabat kepala rumah sakit Semarang dan Kepala Jawatan
Kesehatan Jawa Tengah. Bahkan, tak jarang, jika Sardjito tidak
ada di tempat, Mochtar yang ditunjuk menjalankan tugasnya
sebagai kepala jawatan kesehatan DVG Midden Java di Semarang
(Bataviaasch nieuwsblad, 18-06-1935; Gunseikanbu:348).
Sama-sama doktor tamatan Belanda, dan sama-sama
bertugas pula memimpin laboratorium kesehatan pemerintah
di Semarang, Mochtar dan Sardjito juga menjalin kerjasama erat
dalam berbagai kegiatan penelitian dan menulis karya ilmiah di
bidang kesehatan. Dari catatan masing-masing (Gunseikanbu:
331, 348) diketahui, selama dua tahun bertugas di Semarang,
selain melahirkan karya tulis masing-masing, Mochtar dan
Sardjito setidaknya menghasilkan tiga karya ilmiah bersama
Sardjito yang diterbitkan di Jurnal G.T.v.N.I. (1932, 1934,
1 Mas Sardjito dilahirkan di Magetan, Jawa Tengah, 13 Agustus 1891, menamatkan
STOVIA 1915, dan meraih gelar doktor dalam ilmu kesehatan dari Universtas
Leiden di Negeri Belanda, 1923. Tahun 1931-32 menjabat dokter kepala dinas
kesehatan di Jawa Tengah dan dan kepala laboratorium kesehatan di Semarang.
Lihat Gunseikanbu, 1986, hlm. 348.
107