Page 277 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 277
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
Indonesia sedang euforia merayakan kemerdekaan, sehingga
kasus terbunuhnya Mochtar telah tenggelam dan terlupakan.
Jepang sudah kalah. Indonesia sudah merdeka. Lebih
empat tahun Perang Kemerdekaan (1945-1949), bangsa Indonesia
–mulai dari para pemimpin hingga rakyat kebanyakan–
disibukkan usaha menghadapi (bekas) penjajah Belanda yang
ingin kembali berkuasa di Indonesia. Tidak ada waktu untuk
memikirkan pengadilan perang, menghukum para petinggi dan
orang-orang Jepang yang selama hampir tiga setengah tahun
sudah melakukan kejahatan kemanusiaan di negeri ini.
Pengadilan perang memang sudah dibuka sejak Agustus
1946 di Jakarta –yang oleh Belanda dikembalikan namanya
menjadi Batavia. Puluhan kenpei – bekas polisi militer Jepang
yang terkenal kejamnya– telah diadili, dihukum bahkan
dieksekusi hukuman mati. Tetapi “Tragedi Klender” dan
“Peristiwa Mochtar” tetap menjadi misteri dan rahasia yang
terkubur hingga lama kemudian.
Apa yang bisa diharapkan dari sebuah pengadilan perang
yang dilaksanakan oleh Sekutu –dalam hal ini Belanda? Mereka
tentu lebih peduli tentang kejahatan perang yang menimpa
(bekas) warga Belanda dan bangsa Eropa saja. Sementara
kejahatan perang yang menimpa korban bangsa Indonesia
dalam jumlah yang banyak sekali, bukan hanya di Jawa –
sebutlah Peristiwa Mandor di dekat Pontianak yang memakan
korban lebih kurang 20.000 manusia tidak bersalah– hampir
tidak tersentuh sama sekali.
248