Page 324 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 324
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
Keenam istri Moh. Jasin (sesuai urutan pernikahan)
adalah; Siti Ni’mah (Lintau/melahirkan 3 anak); Bani Amin
(Padang Panjang/2 anak); Sirena (Air Bangis/1 anak); Siti
Naisjah (Lintau/3 anak); Umi Kalsum (Gurun, Tanah Datar/5
anak); dan, Puti Rahmah (Gurun/1 anak). Dulunya Mohammad
Jasin adalah seorang jaksa yang bertugas di beberapa daerah di
Minangkabau, dan mungkin pernah di Makassar. Terakhir Jasin
bertugas sebagai jaksa di Lubuk Sikaping. Sesudah pensiun,
beliau naik haji ke Mekah.
Dari “puak” istri Jasin yang bernama Siti Naisjah, Siti
Hasnah bersaudara tiga orang, yaitu kakaknya Siti Rafiah dan
adiknya Moh. Ali Hanafiah. Ali Hanafiah yang menikah
12
dengan Siti Sjarifah –masih satu keturunan Guru Nawawi yang
terkenal di Bukittinggi– mempunyai tiga orang anak, yaitu
Lukmanul Hakim meningggal 1982), Siti Hartati (wafat 2018),
dan Asikin Hanafiah. Kelak, Prof Asikin adalah salah satu dari
lima dokter yang mendapat brevet sebagai ahli penyakit jantung
pertama di Indonesia (1967). Tahun 1992, Asikin tercatat
pula sebagai Guru Besar bidang Kardiologi yang pertama di
Indonesia.
12 Mohammad Ali Hanafiah (1901-1980) lahir di Padang Panjang, menamatkan
ELS di Bukittinggi (1916) dan STOVIA (1926). Pernah bertugas di CBZ Surabaya
membantu Dr. Sutomo, dan pernah ditempatkan di rumahsakit pemerintah di
Solok, lalu pindah ke Kayuagung (Sumatra Selatan). Sebelum zaman Jepang,
Hanafiah menjadi dokter pemerintah di Tanggerang, kemudian diperbantukan
sebagai Kepala Bagian Bakteriologi di Lembaga Eijkman dan asisten profesor
di Ika Daigaku (Gunseikabu:31). Setelah Proklamasi, sembari tetap mengajar di
Fakultas Kedokteran UI, Hanafiah pernah menjadi Kepala Jawatan Farmasi di
Kementerian Kesehatan. Ia dikenal banyak menulis buku, meninggal di Jakarta
tahun 1980 dalam usia 79 tahun.
295