Page 322 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 322
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
pendudukan Jepang Februman menyelesaikan pendidikan
dokter di Ika Daigaku, sekolah tinggi kedokteran di mana
Mochtar menjadi guru besar dan wakil dekan. Jadi Februman
adalah mahasiswa Mochtar sendiri. Tidak sebatas sampai di
situ. Setelah Mochtar meninggal karena dieksekusi Jepang, Rika
–kemenakan Mochtar yang lama tinggal bersama keluarganya–
menikah dengan Dokter Februman Proehoeman akhir tahun
1945.
Pasangan Rika – Februman melahirkan empat orang anak,
yaitu berturut-turut Sjahbuddin Proehoeman (mengambil nama
kakeknya) tahun 1946; Siti Chairani Proehoeman (mengambil
nama nenek) lahir 1949; Karma Proehoeman (1953); dan’
Rubaiyat Proehoeman (1954). Sjahbuddin tamatan sekolah
Amerika, lalu menjadi konsultan internasional. Siti Chairani
dilahirkan dengan bakat seni. Setelah tamat SMA di Jakarta 1968,
ia melanglang buana belajar seni antara lain di Roma (Italia),
Munich (Jerman), dan San Fransisco (Amerika Serikat). Setelah
puas belajar di berbagai negara di dua benua paling maju, Siti
Chairani plalu mengajar seni dan musik di berbagai universitas
di Malaysia dan Busan University di Korea Selatan. Terakhir
ia sempat mengabdi sebagai dosen di Institut Seni Indonesia
(ISI) Padang Panjang. Setelah pensiun Siti Chairani –yang suka
dipanggil Etek Rani– menetap di kampungnya Ganggo Hilia,
Bonjol. Sementara Karma Proehoeman adalah insinyur sipil
tamatan Amerika, bekerja sebagai ahli teknik dan konsultan
yang sibuk berkeliling ke berbagai negara. Si bungsu Rubaiyat
Proehoeman –biasa dipanggil Dokter Ruby– adalah dokter
293