Page 39 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 39

Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi



                     menangkap  Prof.  Dr.  Achmad  Mochtar  dan  belasan  peneliti

                     Lembaga Eijkman dan sejumlah dokter lainnya –termasuk Prof.

                     Dr. M. Ali Hanafiah, ipar Achmad Mochtar– dan melakukan

                     siksaan sangat keji memaksa mereka untuk membuat pengakuan
                     bahwa Prof. Achmad Mochtar-lah yang menyabotase dengan

                     mencemari vaksin TCD tersebut. Dua orang dokter, di antaranya

                     Dokter Marah Achmad Arief asal Minangkabau, meninggal

                     karena siksaan. Dokter Ali Hanafiah, adik ipar Mochtar yang
                     juga ditangkap dan disiksa, kehilangan sepertiga berat badan

                     dan  tinggal  tulang  berbalut  kulit  ketika  dibebaskan.  Semua

                     yang  ditangkap  terkait  Mochtar  mengalami  siksaan  yang  tak

                     terperikan.

                             Walaupun telah mengalami siksaan yang begitu hebat
                     selama berbulan-bulan, tapi tidak satu pun dari belasan dokter

                     dan  peneliti  Eijkman  yang  mau  mengakui  Mochtar  yang

                     melakukannya. Karena memang tidak ada bukti dan logika

                     yang mengarah ke tuduhan keji Jepang itu. Lembaga Eijkman
                     tidak membuat vaksin. Vaksin tersebut dibuat oleh Lembaga

                     Pasteur di Bandung yang dipimpin dan dijalankan oleh para

                     dokter militer dan peneliti Jepang sendiri. Hanya ada sedikit

                     vaksin yang dititipkan untuk disimpan di Lembaga Eijkman

                     karena  Lembaga Pasteur  tidak cukup  fasilitas  penyimpanan
                     atau ruangan dingin. Jadi tidak masuk akal Lembaga Eijkman

                     bisa mencemari vaksin tersebut karena mereka tidak memiliki

                     fasilitas untuk itu.

                             Tidak tahan melihat penyiksaan keji yang dialami oleh

                     para staf dan kerabat kerjanya –bahkan dua dokter meninggal


                                                           10
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44