Page 3 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 3
bermacammacam suaranya, bersaing indah dan ramai namun kesemuanya
memiliki kemerduan yang khas. Sukar bagi telinga untuk menentukan mana yang
lebih indah, karena suara yang bersahut-sahutan itu merupakan kesatuan
seperangkat alat musik yang dibunyikan bersama. Yang ada pada telinga hanya
indah! Sukar dikatakan mana yang lebih indah, suara burung-burung itu sendiri
ataukan keheningan kosong yang terdapat di antara jarak suara-suara itu.
Anak laki-laki itu masih amat kecil. Tidak akan lebih dari tujuh tahun usianya.
Dia berdiri seperti sebuah patung, berdiri di tempat datar yang agak tinggi di
hutan Gunung Seribu Bunga itu, menghadap ke timur dan sudah ada setengah
jam lebih dia berdiri seperti itu, hanya matanya saja yang bergerak-gerak, mata
yang lebar yang penuh sinar ketajaman dan kelembutan, seperti biasa mata kanak-
kanak yang hidupnya masih bebas dan bersih, namun di antara kedua matanya,
kulit di antara alis itu agak terganggu oleh garisgaris lurus. Aneh melihat seorang
anak kecil seperti itu sudah ada keriput di antara kedua alisnya! Anak itu
pakaiannya sederhana sekali, biarpun amat bersih seperti bersihnya tubuhnya,
dari rambut sampai ke kuku jari tangannya yang terpelihara dan bersih, wajahnya
biasa saja, seperti anak-anak lain dengan bentuk muka yang tampan, hanya
matanya dan keriput di antara matanya itulah yang jarang terdapat pada anak-
anak dan membuat dia menjadi seorang anak yang mudah mendatangkan kesan
pada hati pemandangnya sebagai seorang anak yang aneh dan tentu memiliki
sesuatu yang luar biasa.
Sepasang mata anak itu bersinar-sinar penuh seri kehidupan ketika dia tadi
melihat munculnya bola merah besar di balik puncak gunung sebelah timur, bola
merah yang amat besar dan yang mula-mula merupakan pemandangan yang amat
menarik hati, akan tetapi lambat laun merupakan benda yang tak kuat lagi mata
memandangnya karena cahaya yang makin menguning dan berkilauan. Maka dia
mengalihkan pandangannya, kini menikmati betapa cahaya yang tiada terbatas
2