Page 101 - KEMUHAMMADIYAHAN 03

untuk menuntut ilmu dan melaksanakan haji untuk kedua
kalinya. Di sana beliau berguru kepada beberapa guru spesialis
dalam ilmu fiqih berguru kepada KH. Makhfudz Termas, KH.
Muhtaram Banyumas, Syeikh Shaleh Bafadhal, Syeikh Sa’id

Jamani, Syeikh Sa’id Babusyel. Dalam ilmu hadis berguru
kepada Mufti Syafi’i, dalam ilmu Falak (Cakrawala) berguru
kepada Kyai Asy’ari Baweyan dan dalam ilmu Qira’at berguru
47
kepada Syaikh Ali Mishri Makkah.
Selain belajar kepada guru-guru spesialis, KH. Ahmad
Dahlan juga membaca kitab-kitab berjiwa tamaddun dari luar
negeri, di antaranya tafsir Alquran Syaikh Muhammad Abduh,

Syaikh Jamaluddin al-Afghani, Imam al-Ghazali, Muhammad
Rasyid Rida, Thantawi Jauhari dan sebagainya. Kitab-kitab
tersebut tentu tidak ditelan mentah-mentah tetapi dipahami
dengan sangat sempurna. Kitab-kitab ini yang di kemudian hari
menginspirasi KH. Ahmad Dahlan dalam memperjuangkan
kemurnian Islam di Indonesia.

Penting sekali dicatat bahwa dalam kepergian kedua kali
ke Mekkah, KH. Ahmad Dahlan sempat berjumpa dengan
Muhammad Rasyid Rida, seorang tokoh pembaharu Islam di
Mesir. Kemudian beliau berdialog dengan Muhammad Rasyid
Rida yang efek positifnya memberikan pengaruh yang kuat
terhadap pemikirannya, karena pandangan para pembaharu

47
M. Sudja’, Cerita tentang Kiai Haji Ahmad Dahlan: Catatan Haji
Muhammad Sudja’ (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2018), 79.
88