Page 53 - KEMUHAMMADIYAHAN 03
P. 53
Kaidah-kaidah yang menjadi dasar pemikiran
Mazhab fikih mazhab Hanafi sebagaimana tercermin
dalam sebuah pernyataan Abu Hanifah “Saya kembalikan
segala persoalan kepada Kitab Allah, apabila saya tidak
menemukan jawaban hukum dalam Kitab Allah maupun
sunnah Nabi SAW, maka saya akan mengembil pendapat
para sahabat Nabi dan tidak beralih pada fatwa selain
mereka. Apabila masalahnya sudah sampai kepada
Ibrahim, Sya’bi, Hasan, Ibnu Sirin, Atha dan Sa’id bin
Musayyab (semuanya tabi’in), maka saya berhak pula
untuk berijtihad”. Berdasarkan pernyataan tersebut,
maka dasar penetapan hukum Mazhab Hanafi adalah al-
Quran, sunnah, dan ijtihad dalam arti luas (ijma, qiyas
dan istihsan).
Abu Hanifah juga berhujjah dengan hadis ahad
dengan memberikan tiga syarat, yaitu: 1) Orang yang
meriwayatkan tidak boleh berbuat dan berfatwa yang
bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan. (2) Hadis
ahad tidak boleh menyangkut persoalan umum dan
sering terjadi. (3) Hadis ahad tidak boleh bertentangan
dengan Kaidah-kaidah umum dan dasar-dasar kulliyah
atau mabādi kulliyah. Namun dalam kesempatan lain,
Abu Hanifah lebih cenderung mengutamakan hadis yang
diriwayatkan oleh para ahli fikih daripada Ahli hadis.
Kedua, mazhab Malik. Mazhab Maliki dipelopori
sekaligus didirikan oleh Imam Malik bin Anas dengan
40