Page 275 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 275

di lapang, juga dengan niat baik. Masyarakat Desa Trisobo,
             sebagai subyek penerima, juga berupaya mengawali langkah
             mereka dengan diawali niat baik, meningkatkan kesejahteraan
             masyarakat. Beragam upaya dilakukan untuk meningkatkan
             kesejahteraan tersebut, tidak jarang dalam perjalanannya
             upaya-upaya tersebut menemukan kebuntuan, kejenuhan dan
             ketidakharmonisan. Konflik yang berkembang sebagai rantai
             kausalitas penghidupan masyarakat yang tidak berkelanjutan
             pun belum mampu diredam dengan proses yang dijalani dalam
             penyerahan 11,5 ha tersebut. Setiap pihak hampir paham dan
             ahli dalam melepaskan lahan namun juga sekaligus tidak tahu
             bagaimana cara menyerahkannya, tentu saja juga karena di-
             awali dengan niat baik, membuat kehidupan yang lebih baik
             yang berkelanjutan. Aspek pembangunan dimulai dari kebi-
             jakan hingga strategi kehidupan belum mampu menjawab
             bagaimana proses tersebut secara reflektif tidak hanya meng-
             untungkan beberapa pihak, apalagi jika pihak-pihak yang
             diuntungkan tersebut adalah mereka yang memang sudah
             beruntung. Dengan demikian yang timbul bukan lagi solusi
             konflik, melainkan tekanan. Penyerahan tanah seluas 11,5
             ha bukan merupakan solusi konflik, melainkan sebagai klep
             pelepas tekanan sementara.
                   Rantai kausalitas antar kejadian yang berperan pada
             kemiskinan dan strategi livelihood masyarakat Desa Trisobo.
             Ruang hidup masyarakat dikelilingi oleh PT. KAL, Perhutani
             dan PTPN 9.  Kemiskinan yang ada semakin membuat
             masyarakat membutuhkan ruang hidupnya sehingga mem-
             butuhkan lahan untuk strategi hidup mereka. Kebutuhan ter-
             sebut kemudian membuat masyarakat melancarkan okupasi
             yang kemudian juga berperan dalam kemunculan konflik
             vertikal dan horizontal. Pelepasan lahan 11,5 ha sebagai
             respon PT. KAL dan BPN berkaitan dengan ruang hidup
             masyarakat yang sempit pun kemudian juga kembali berperan
             pada konflik vertikal dan horizontal.

             261
   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279   280