Page 26 - PROYEK PROFIL PELAJAR PACASILA
P. 26

B.  Mengapa Menggunakan Pembelajaran Berbasis Proyek?


                    Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pembelajaran yang dilakukan
                    melalui interaksi dengan lingkungan sekitar agar pelajar lebih peka, peduli, dan
                    belajar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kontekstual di sekitar mereka.
                    Pandangan Ki Hadjar Dewantara ini sejalan dengan rekomendasi UNESCO-MGIEP
                    (2019)  tentang  pentingnya  pembelajaran  kontekstual  yang  bernuansa  lokal.
                    Menurut  kajian  UNESCO-MGIEP  tersebut,  pembelajaran  yang  kontekstual  akan
                    membangun kepekaan pelajar akan kondisi lingkungan dan masyarakat, yang
                    akhirnya membangun kompetensi global yang dibutuhkan di Abad ke-21, termasuk
                    untuk menguatkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

                        Para orang tua dan guru yang belum paham tentang konsep bermain pada anak

                    biasanya secara tidak sadar membatasi anak, misalnya dengan mengingatkan, “Hati-
                    hati kalau main, nanti bajunya kotor.” “Awas loh nanti jatuh.” dan “Jangan pakai pisau,
                    nanti jarinya bisa luka.”  Seorang anak di TK Sai Prema Kumara Denpasar pernah
                    menyampaikan kepada gurunya, “Aku nggak suka jadi anak kecil. Apa-apa selalu
                    dilarang.” Pernyataan anak ini menunjukkan rasa frustrasinya karena merasa selalu
                    dibatasi dalam bereksplorasi, bereksperimen, dan melakukan investigasi. Padahal,
                    yang dibutuhkan anak adalah dukungan supaya akvititas investigasi mereka bisa
                    menyenangkan dan aman. Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Yuliati
                    Siantajani dalam buku Loose Parts—Material  Lepasan Otentik Stimulasi PAUD,

                    yaitu  baju kotor bisa dicuci, luka lecet bisa diobati, tetapi mental yang penakut,
                    kurang berani mengambil tantangan/risiko sulit akan dibentuk ketika anak telah
                    beranjak  besar  (Loose Parts,  Siantajani  2020).  Artinya,  pada  saat  anak  bekerja
                    melalui proyek, anak dilatih untuk memiliki mental yang tangguh karena ia akan
                    menghadapi tantangan pembelajaran yang terus-menerus harus ia selesaikan.

                        Proses belajar berbasis proyek memberi  kesempatan  kepada anak untuk
                    melakukan eksplorasi, pengembangan pemikiran dan kerja sama sesuai dengan
                    kemampuan dan ketertarikan  masing masing. Jika sejak dini anak sudah terlatih
                    melakukan aktivitas sesuai inisiatifnya dan menemukan solusi-solusi  kreatif dalam
                    menyelesaikan masalah yang dihadapinya, anak akan memiliki rasa percaya diri

                    yang kuat, tidak mudah putus asa, dan senang mempelajari hal-hal baru.


                                Anak-anak yang terlatih belajar berdasarkan kebutuhan
                              hidupnya dan mampu menjawab pertanyaan kritis, mereka

                             akan lebih mudah menghadapi hidupnya, terlatih mengambil
                               keputusan, memiliki penyelesaian masalah (solutif), dan
                                                berani mengambil risiko.
                                                                                     Mohammad Mahpur




                     14      Buku Panduan Guru Proyek Profil Pelajar Pancasila untuk Satuan PAUD
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31