Page 14 - UAS - Adelia Rahma - 064
P. 14

Bantuan  APRIS  kemudian  datang  dengan  dipimpin  oleh  Kolonel  A.E.

                          Kawilarang dan Mayor H.V. Worang. Pertempuran pecah antara tentara KNIL dan
                          APRIS/TNI tanggal 15 Mei 1950. Perundingan kemudian diadakan antaraAPRIS

                          (Kolonel A.H. Nasution) dan KNIL (Kolonel Pereira). Hasil perundingan adalah
                          akan  dilakukan  penjagaan  bersama  oleh  Polisi  Militer  dari  kedua  belah  pihak.

                          Pertempuran  pecah  kembali  setelah  perwira  APRIS  Letnan  Jan  Ekel  ditembak

                          KNIL tanggal 5 Agustus 1950. Tentara KNIL terkepung dan menyerah. Mereka
                          akhirnya  mau  berunding  tanggal  8  Agustus  1950.  Indonesia  diwakili  A.E.

                          Kawilarang  dan  Belanda  diwakili  Mayjen  Scheffelaar.  KNIL  akhirnya
                          meninggalkan Makassar.














                       d.  Pemberontakan RMS
                                 Republik Maluku Selatan (RMS) didirikan oleh Christian Robert Soumokil.

                          Dia adalah bekas Jaksa Agung Negara Indonesia Timur (NIT) semasa RIS. Latar
                          belakang  pemberontakan  RMS  adalah  ketidak  senangannya  untuk  kembali  ke

                          negara kesatuan sesuai keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB).

                                 Untuk memperjuangkan misinya, Soumokil mengintimidasi, meneror, dan
                          membunuh  lawan-lawan  politiknya.  Misalnya  terhadap  Kepala  Daerah  Maluku

                          Selatan  J.  Manuhutu.  Teror  dilakukan  oleh  bekas  pasukan  Westerling  yang
                          berjumlah  dua  ratus  KNIL.  Ketua  Persatuan  Pemuda  Indonesia  Maluku  Wim

                          Reawaru tewas terbunuh.

                                 Pemerintah  menerapkan  dua  cara  untuk  menghadapi  pemberontakan  ini.
                          Cara  diplomasi  ditempuh  dengan  mengirimkan  dr.  Leimena,  tetapi  ditolak

                          Soumokil. Selanjutnya, digelar Gerakan Operasi Militer III. Operasi ini dipimpin
                          oleh  Kolonel  Kawilarang.  Pasukan  dibagi  menjadi  tiga,  yaitu  Grup  I  dipimpin

                          Mayor Achmad Wiranatakusumah, Grup II dipimpin oleh Letkol Slamet Riyadi,dan
                          Grup III dipimpin Mayor Surjo


                                                                                                       14
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19