Page 9 - UAS - Adelia Rahma - 064
P. 9
daerah. Ketegangan pun muncul. Para panglima daerah tersebut kemudian
dipecat dari dinas militer.
2) Nasionalisasi Aset Belanda
Kegagalan PBB memaksa Belanda untuk menyelesaikan masalah Irian
Barat meningkatkan ketegangan politik. Anggota-anggota PKI dan PNI serta
rakyat di berbagai daerah mengambil alih aset Belanda. Kabinet Djuanda tidak
mampu menyelesaikan kasus tersebut. Gerakan rakyat di berbagai daerah
semakin tidak terkendali. Nasution kemudian tampil dan memerintahkan tentara
untuk mengelola perusahaan Belanda yang disita. Nasution perlahan-lahan
mengendalikan panglima-panglima daerah dan TNI AD semakin
diperhitungkan.
b) Persaingan Ideologis
Dominannya PKI dalam kehidupan politik nasional mendapat reaksi dari
partai dan organisasi lainnya. Ideologi komunisme yang dikembangkan PKI
bertentangan dengan keyakinan bangsa Indonesia. Pada bulan September 1957
Masyumi memelopori Muktamar Ulama se Indonesia di Palembang. Muktamar
mengeluarkan fatwa bahwa komunisme diharamkan bagi kaum muslim. Muktamar
juga meminta agar aktivitas PKI dibekukan dan dilarang di seluruh Indonesia.
Perdebatan Islam dan PKI pun merembet dalam persidangan konstituante.
Perdebatan terjadi antara pihak yang mendukung Islam dan Pancasila sebagai dasar
negara.
Macetnya konstituante menyebabkan krisis pemerintahan
danketatanegaraan. Dengan didukung TNI, Bung Karno kemudianmengeluarkan
dekrit yang memberlakukan kembali UUD 1945.Dekrit ini selanjutnya dikenal
dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.aingan Ideologis.
c) Pergolakan Sosial Politik
Pada masa demokrasi terpimpin Bung Karno menggalang kekuatan dengan
negara-negara sosialis dan komunis. Dampak kebijakan ini adalah terbukanya
kesempatan bagi PKI untuk memperkuat basis dukungan. Administrasi
pemerintahanpun menjadi tidak terkendali. Pemerintah kurang memperhatikan
aspirasi daerah dan para bekas pejuang. Terjadilah kesenjangan antara pemerintah
pusat dan daerah. Di kalangan TNI sendiri sering terjadi perpecahan. Sementara itu,
beberapa negara luar juga turut campur tangan dalam masalah Indonesia.
9