Page 49 - Sejarah Daerah Lampung
P. 49
30
yang ditempati.oleh suatu kebudayaan. Dengan demikian pengaturan
dalam masyarakat tidak mengalami kesukaran yang berat. Mereka
hidup bergotong-royong, musyawarah mufakat dan dalam menentukan
pimpinannya kemudian mengenal sistem pemilihan terbatas.
Pada pe~ode ini hidup seorang bergantung kepada pertolongan
orang lain. Hutan dirom_E,ak bersama, sawah dibuat bersama. Mendiri-
kan rumah, memperbaikl run:mhpun tidak dapat dikerjakan sendiri.
Tukang dan kuli tidak ada. Mas~arakat belum terpecah belah da-
lam golongan-golongan petani, tukang, buruh dan sebagainya. Segala
sesuatu dikerjakan senchri dengan bantuan tetangga. Pada waktu itu
setiap orang dipandang Sama seperti serta sederajat dan seharga.
Kepentingan seseorang dikerjakan secara tolong menolong. Sese-
orang yang melanggar adat tak akan memperoleh pertolongan dari
orang lain. Kepentingan dusun adalah kepentingan un1um. Setiap
orang bertanggungjawab, umpamanya dalam hal membuat balai desa,
membuat jalan atau jembatan. _
· · Dalam suasana saling menghargai itu timbullah faktor baru: pim
pinan (ketua, kepala desa, datuk, ratu). Perllimpin bekerja untuli
umum. la mencurahkan perhatian untuk kepentingan umum Oleh ka-
rena itu ia tidak sempat memikirkan urusannya sendiri. Ia tak mempu-
nyai waktu lagi untuk mengerjakan sawahnya lagi. Pemimpin tak S«,"111:-
pat memperhatikan rumahnya.
Maka oleh · sebab itu masyarakat merasa bertanggungjawab atas
nasib pemimpin. Masyarakat mengb.3rgai jasa-jasa pemimpin. Masya-
rakat berhutang budi kepada pemimpin dan masyarakat bersedia mem~.
balasnya.
Dmgan ~· pemimpin dapat llleDCurahkan perhatiannya un-
tuk mengurus kepentingan umum.
Rakyat membantu pemimpin seb•gai pernyataan terima kasih.
Rakyat merasa berhutang budi dan menghargai ·jasanya. Pemimpin

