Page 50 - Sejarah Daerah Lampung
P. 50

31

          membalas dengan mencurahkan seluurh tenaganya unruk kepentingan
          umum.  Pemimpin  dan  rakyat  saling  mengbargai  dan  saling  bertang-

          gungjawab.
              Kenyataan ini masih bisa kita lihat pada daerah pedesaan di Lam-
          pung terutama di daerah pedalanian yang sulit "disentuh" oleh penga-
          ruh dari luar.

          C. KEHIDUPAN SENI BUDAYA
          I. Pendidikan.

              Pada perioce 7.aillail kuno pendidikan dilaksanakan dengan mema-
          kai' cara-cara tradisonal.  Rakyat tidak dididik sebab belum ada pendi-

        ,  dikan  dalarit arti  sekarang.  Suatu  cita-cita  ditahan  di  dalam  hati  sa"\  .
          nubari rakyat.  Tujuarinya ialah agar rakyat sadar dan  yakin akan ke-
          wajiban hidupnya.
              Dan bila sadar dan sanggup  juga melaksanakan kewajiban dalam
          kehidupan  sehari-hari.  Anak-anak  dari  kecil  dibiasakan  meniru  per-
          buatan orang tua. Mereka tidak diperbolehkan berselisih dengan orang
          tua, mereka harus tunduk, taat, patuh  kepada  orang tua. Tidak boleh
          mengejar cita-cita sendiri. Perbuatan orang hanya menuju ke arah ke-
          baktian; Berbakti kepada orang tua, kepada guru, dan kepada para pe-
          mimpin (penyimbang}, kepala suku atau ketua adat, bahkan kemudian
          kepada raja.
              Di sini peranan orang tua sangat menentukan.  Mereka  bertindak
          sebagai guru istimewa. Segala urusan pendidikan ditangani dalam ke-
          luarga. Ketika bangsa kita mendatangkan brahmana-brahmana dari In-
          dia, maka brahmamana•brahmana itu disebut guru. Kita yang belajar
          disebut  sisya  (Jawa:  siswa  atau  murid).  Mulailah  ~rang  berguru
          kepada  seseorang  untuk mempelajari  sesuatµ  karena  ada  orang  yang
          mempunyai keahlian dalam beberapa hal.
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55