Page 97 - e modul preceptorship
P. 97

7.  Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok D, jika kelompok D tidak bisa
                 menjawab, lemparkan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak bisa menjawab,
                 lemparkan kepada kelompok C.
              8.  Jika Tanya jawab ini selesai, lanjutkan pembelajaran kedua, dan tunjuk kelompok
                 B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A
              9.  Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi
                 pelajaran ke tiga, dan tunjuk kelompok C  sebagai kelompok penanya.
              10.  Setelah kelompok C selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi
                 pelajaran ke tiga, dan tunjuk kelompok D  sebagai kelompok penanya.
              11.  Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan Tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada
                 pemahaman peserta didik yang keliru.

              4.     Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips

                  Pembelajar kooperatif tipe taliking chips pertama kali dikembangkan oleh Spencer
              Kagan pada tahun 1992. Dalam kegiatan talking chips, masing-masing anggota kelompok
              mendapat  kesempatan  untuk  memberikan  kontruksi  mereka  dan  mendengarkan
              pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah
              untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja
              kelompok.
                  Dalam pelaksanaan talking chips setiap anggota kelompok diberi sejumlah kartu /
              “chips” (biasanya dua sampai tiga kartu). Setiap kali salah seorang anggota kelompok
              menyampaikan pendapat dalam diskusi, ia harus meletakan satu kartunya ditengah
              kelompok. Setiap anggota diperkenankan menambah pendapatnya sampai semua kartu
              yang dimilikinya habis. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia tidak boleh berbicara lagi
              sampai semua anggota kelompoknya juga menghabiskan semua kartu mereka. Jika
              semua kartu telah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil
              kesempatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan diskusi dapat diteruskan kembali (Kagan,
              2000 : 47).
                  Secara sederhana, penggunaan kartu dapat diganti oleh benda-benda kecil lainnya
              yang dapat menarik perhatian peserta didik, misalnya kancing, kacang merah, biji kenari,
              potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan lain-lain. Karena benda-
              benda tersebut berbunyi gemerincing, maka istilah untuk talking chips dapat disebut
              juga dengan “kancing gemerincing” (Lie, 2002 : 63).













                86                                      Pembelajaran di Wahana Praktek Model Preceptorship
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102