Page 26 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 31 DESEMBER 2021
P. 26
PEKERJA LEPAS DALAM KERENTANAN EKSPLOITASI EKONOMI GIG
Sudah hampir dua jam Rafika sibuk dengan laptopnya, saat bekerja di sebuah kafe bilangan Duri
Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat. Ia tengah serius memikirkan konsep konten video iklan
yang tepat agar memikat target pasar yang disasar perusahaan rumah produksi periklanan, yang
memakai jasanya.
"Tema iklan itu harus sesuai market -nya, biar enggak meleset konsumen sasarannya," ucap
Rafika kepada Alinea.id, Minggu (26/12).
Perempuan berusia 28 tahun tersebut mengatakan, rutinitas menggarap order konten iklan mulai
dilakoni usai berhenti sebagai karyawan sebuah perusahaan periklanan pada awal 2020. Sejak
resign, ia memutuskan menjadi pekerja lepas.
Untung-rugi pekerja lepas Keputusan menjadi pekerja lepas diambil Rafika karena merasa tak
cocok dengan ritme dan beban kerja sebagai karyawan kantoran.
"Saya merasa bekerja full time banyak waktu terbuang dan bayarannya tidak sesuai dengan hasil
yang sudah kita kerjakan," kata Rafika.
Semula, ia mengaku agak kelimpungan menjadi pekerja independen karena tak mudah
mendapat order di tengah pandemi Covid-19. Berbekal relasi, Rafika memberanikan diri
menawarkan jasa ke beberapa rumah produksi periklanan.
"Akhirnya dari situ saya dapat job 12 video. Satu video dihargai Rp1,5 juta dengan durasi tiga
sampai lima menit," ujarnya.
Sejak itu, ia mulai sering menerima order video iklan dari berbagai rumah produksi periklanan
yang tak sanggup menyelesaikan seluruh permintaan klien. Kini, ia sudah mampu meraih
penghasilan Rp8 juta per bulan, dari rata-rata empat hingga lima proyek dengan harga Rp2,5
juta sekali menyusun konsep konten video.
Menurut Rafika, menjadi pekerja lepas punya prospek yang bagus dan lebih menjanjikan
ketimbang sebagai karyawan tetap.
"Jadi pekerja independen membuat saya bisa lebih mengatur keuangan," ujar dia.
Selain itu, ia merasa lebih dihargai sesuai karya yang dihasilkan. Ia pun merasa lebih leluasa
membangun relasi dengan rekan seprofesi, sehingga bisa mengembangkan diri.
Lutfi Baihaki, sudah menjalani pekerjaan ilustrator lepas bidang digital selama empat tahun.
Sama seperti Rafika, ia mengaku lebih nyaman bekerja independen dibanding menjadi karyawan.
"Sebelumnya saya kerja di PH (production house). Tapi kurang nyaman karena kerja kantoran
tekanannya lebih berat. Penghasilannya juga tidak seberapa," tuturnya, Selasa (28/12).
Pria yang tinggal di Tangerang, Banten itu menyebut, ia bisa meraup penghasilan paling tidak
sebesar Rp6 juta dalam seminggu.
"Waktu masih kerja di rumah produksi cuma digaji Rp3 juta sebulan," ucap Lutfi.
Ia bisa mendapat tiga hingga empat orderan dalam sebulan, dengan honor yang berbeda.
Tergantung tingkat kerumitan ilustrasi yang dipesan.
"Paling murah Rp200.000. Paling mahal Rp6 juta," katanya.
25