Page 81 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 31 DESEMBER 2021
P. 81

BP2MI DAN PANGLIMA TNI BAHAS DUGAAN KETERLIBATAN PRAJURIT DALAM
              PENGIRIMAN TKI ILEGAL
              Kementerian  Koordinator  Bidang  Politik,  Hukum,  dan  Keamanan  (Kemenko  Polhukam)
              menyatakan akan terus mengawal kasus tenggelamnya kapal yang digunakan untuk mengirim
              tenaga  kerja  Indonesia  (TKI)  ilegal  ke  Malaysia.  Pihak  Badan  Perlindungan  Pekerja  Migran
              Indonesia  (BP2MI)  dan TNI  akan  melakukan pertemuan  membahas  persoalan  tersebut  lebih
              lanjut.

              "Dari BP2MI, ketuanya, Pak Benny Rhamdani, akan bertemu dengan Panglima TNI dalam pekan
              ini dan akan menyampaikan press conference sesuai dengan tahapan-tahapan yang berlaku,"
              ujar Deputi VII Kemenko Polhukam, Marsda TNI Arif Mustofa, di kantor Kemenko Polhukam,
              Jakarta Pusat, Kamis (30/12).

              Arif menyebutkan, berdasarkan informasi yang dia miliki, anggota TNI Angkatan Udara (AU)
              yang diduga terlibat dalam pengiriman TKI ilegal itu merupakan prajurit berpangkat tamtama.
              Dia  berharap,  ke  depan  kejadian-kejadian  seperti  itu  tak  terulang  kembali,  khususnya  di
              lingkungan TNI.

              "Sudah terlalu banyak kasus-kasus yang melibatkan oknum-oknum TNI dan tentunya ini akan
              menjadi kewaspadaan kita bersama," ungkap Arif.
              Sebanyak 21 TKI atau pekerja migran Indonesia (PMI) ilegal tewas saat kapal yang mereka
              tumpangi tenggelam di perairan Malaysia. Dua anggota sindikat pengiriman TKI ilegal itu berhasil
              ditangkap dan terancam dihukum 10 tahun penjara.

              Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, mengatakan, kedua pelaku itu adalah Juna Iskandar (39 tahun)
              dan Agus Salim alias Agus Botak (48). Dua warga Batam ini diciduk oleh aparat Polda Kepulauan
              Riau dan Polres Bintan.

              Benny mengatakan, kedua pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka. Keduanya dijerat Pasal
              81 dan Pasal 83 Undang-Undang nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran
              Indonesia.

              "Dua tersangka ini terancam hukuman penjara maksimal 10 tahun dan denda paling banyak Rp
              15 miliar," kata Benny dalam konferensi pers di Jakarta.

              Namun demikian, Benny merekomendasikan agar Bareskrim Polri menjerat para pelaku dengan
              sejumlah pasal lain. Dengan begitu, mereka bisa dijatuhi hukuman yang berat. Ada lima undang-
              undang yang bisa digunakan untuk memperberat hukuman mereka.

              Kelima  undang-undang  itu,  yakni  Pasal  81  Undang-Undang  Nomor  18  tahun  2017  tentang
              Pelindungan PMI, Pasal 2 dan 4 UU 21/2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
              Orang.

              Kemudian, Pasal 114 dan 120 UU 6/2011 tentang Keimigrasian; Pasal 359, 360, 372, 378 dalam
              Kitab  Undang-Undang  Hukum  Pidana  (KUHP);  serta  UU  8/2010  tentang  Pencegahan  dan
              Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

              Benny menambahkan, sindikat ini dipimpin oleh pria bernama Susanto alias Acing. Sindikat ini
              bergerak secara terorganisir dan dibekingi oknum TNI Angkatan Laut (AL) dan AU. Sindikat ini
              memberangkatkan kapal pembawa TKI ilegal yang karam itu dari Pelabuhan Gentong di Bintan
              Utara, Kepulauan Riau.





                                                           80
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86