Page 59 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 OKTOBER 2020
P. 59

Perusahaan  melakukan  efisiensi,  perusahaan  tutup  yang  disebabkan  perusahaan  mengalami
              kerugian terus menerus selama dua tahun. Perusahaan tutup karena keadaan memaksa (force
              majeur).

              Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang. Perusahaan dinyatakan
              pailit berdasarkan putusan pengadilan niaga. Perusahaan melakukan perbuatan yang merugikan
              pekerja/buruh. Pekerja/buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri.

              Perusahaan boleh melakukan PHK jika pekerja/buruh mangkir selama lima hari kerja atau lebih
              secara  berturut-turut  tanpa  keterangan  tertulis.  Pekerja/buruh  melakukan  pelanggaran
              ketentuan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Pekerja/buruh
              ditahan pihak yang berwajib

              Pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak
              dapat  melakukan  pekerjaannya  setelah  melampaui  batas  dua  belas  bulan.  Pekerja/buruh
              memasuki usia pensiun.
              RUU Cipta Kerja dinilai buruh sangat merugikan dibanding UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
              Ketenagakerjaan. Pada UU ini pemerintah membolehkan perusahaan melakukan PHK dengan 9
              alasan saja.

              Menurut Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, "Dari 10 isu yang
              disepakati  pemerintah  dan  DPR,  KSPI  mencermati  tiga  isu  yaitu  PHK,  sanksi  pidana  bagi
              pengusaha dan TKA dikembalikan sesuai dengan isi UU 13/2003," kata Said Iqbal.

              Beberapa ketentuan juga dianggap controversial. Antara lain, terkait pekerja kontrak (perjanjian
              kerja waktu tertentu/PKWT), upah, pesangon, hubungan kerja, mekanisme PHK, penyelesaian
              perselisihan hubungan industrial, serta jaminan sosial.

              Terhadap  pasal-pasal  tersebut,  Dekan  Fakultas  Hukum  Universitas  Gadjah  Mada  (UGM),
              SigitRiyantomenilai proses penyusunan hingga

              pengesahan RUU Cipta Kerja menjadi UU mengabaikan berbagai masukan akademisi maupun
              para pemangku kebijakan.

              "Ini bisa diartikan deliberasi dari pembuatan UU yang sekarang kita hadapi ini menunjukkan ada
              masalah.  Hal  tersebut  perlu  direspons  secara  kritis  dengan  harapan  bisa  memperbaiki
              kekurangan," ujar dia.
              Sigit  mengatakan,  pasal-pasal  mengenai  pengelolaan  ekonomi  dan  sosial  negara  dalam  UU
              tersebut diserahkan dengan pendekatan liberal kapitalistik dan mengesampingkan perlindungan
              terhadap warga. Juga tidak sesuai dengan roh konstitusi.

              Guru Besar Fakultas Hukum UGM, Zaenal Arifin Mochtar, menyatakan UU Sapu Jagat Cipta Kerja
              merugikan  buruh  dan  menguntungkan  investor, mengabaikan  hak  asasi manusia  dan  terlalu
              sentralistik

              Ia  menilai,  pemerintah  dan  DPR  berjalan  membelakangi  parisipasi  dan  kehendak  publik.  Ia
              menyarankan masyarakat dapat melakukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi UU tersebut.

              hay/G-1







                                                           58
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64