Page 234 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 JULI 2020
P. 234

KPK memberikan tujuh rekomendasi kepada Kemenko Perekonomian pada 28 Mei 2020.

              Lalu, pada 8 Juli 2020, Presiden Joko Widodo menandatangani Perpres Nomor 76 Tahun 2020
              tentang Perubahan atas Perpres Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi
              Kerja  melalui  Program  Kartu  Prakerja  yang  memuat  sejumlah  perubahan  aturan  terkait
              pelaksanaan  program  senilai  Rp20  triliun  yang  ditujukan  untuk  5,6  juta  penerima  manfaat
              tersebut.

              Perubahan-perubahan dalam Perpres 76 Tahun 2020, yakni target penerima pra kerja, jenis
              pelatihan,  jenis  lembaga  pelatihan,  bentuk  insentif,  mekanisme  pendaftaran,  proses  seleksi,
              pelaksanaan program Kartu Prakerja saat masa covid-19.

              Kemudian, susunan organisasi komite, ketentuan manajemen pelaksana, pemilihan  platform
              digital  dan lembaga pelatihan yang tidak perlu menggunakan cara pengaturan barang/jasa
              pemerintah alias tender serta gugatan ganti rugi yang dapat diajukan manajemen pelaksana
              kepada penerima Kartu Prakerja.

              "Saat  ini  sedang  dilakukan  pembahasan  Peraturan  Menteri  Koordinator  baru.  KPK  terlibat
              memberikan  masukan  terhadap  draf  permenko  tersebut  dan  berharap  teknis  implementasi
              rekomendasi KPK akan tertuang dalam permenko," ungkap Ipi.

              KPK menemukan permasalahan terkait empat aspek dalam tata laksana program yang perlu
              diperbaiki sebelum melanjutkan program, yaitu meliputi proses pendaftaran, kemitraan dengan
              platform digital  , materi pelatihan, dan pelaksanaan program.

              Disebabkan karena desain program Kartu Prakerja disusun untuk kondisi normal sesuai Perpres
              No  36  Tahun  2020.  Namun,  dalam  situasi  pandemi  covid-19,  program  ini  kemudian  diubah
              menjadi semi-bantuan sosial sehingga, dari sisi regulasi perlu disesuaikan, ungkap Ipi.

              Tujuh rekomendasi tersebut adalah pertama, penerimaan peserta dilakukan dengan metode
              pasif. Peserta yang disasar pada  whitelist  (yang terkena PHK), tidak perlu mendaftar daring
              melainkan akan dihubungi manajemen pelaksana untuk kemudian ikut program.

              Kedua,  penggunaan  Nomor  Induk  Kependudukan  (NIK)  sebagai  identifikasi  peserta  sudah
              memadai, tidak perlu dilakukan penggunaan fitur lain yang tidak efisien dari sisi anggaran.
              Ketiga, komite agar meminta  legal opinion  ke Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha
              Negara (Jamdatun) Kejaksaan Agung tentang kerja sama dengan delapan  platform digital  ini
              apakah termasuk dalam cakupan pengadaan barang/jasa pemerintah.

              Keempat,  platform digital  tidak boleh memiliki konflik kepentingan dengan Lembaga Penyedia
              Pelatihan. Artinya, 250 pelatihan yang terindikasi memiliki konflik kepentingan harus dihentikan
              penyediaannya.

              Kelima, kurasi materi pelatihan dan kelayakannya untuk diberikan secara daring agar melibatkan
              pihak kompeten dalam area pelatihan. Serta, dituangkan dalam bentuk petunjuk teknis.

              Keenam,  materi  pelatihan  teridentifikasi  pelatihan  gratis  melalui  jejaring  internet,  harus
              dikeluarkan dari daftar pelatihan yang disediakan lembaga pelatihan.

              Ketujuh, pelaksanaan pelatihan daring harus memiliki mekanisme kontrol agar tidak fiktif. Misal,
              pelatihan harus interaktif sehingga bisa menjamin peserta yang mengikuti pelatihan mengikuti
              keseluruhan paket.






                                                           233
   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239