Page 17 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 NOVEMBER 2021
P. 17

neutral - Tauhid Ahmad (Ekonom Indef) Justru kalau dipaksa ingin sama, jadinya malah bukan
              fair (adil), justru tidak fair karena pertumbuhan dan standar kebutuhan hidup di masing-masing
              daerah berbeda

              neutral - Tadjuddin Noer Effendi (Ekonom Indef) Tentu bisa digugat, dipertanyakan ke MK

              negative - Tadjuddin Noer Effendi (Pengamat ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada)
              Meski belum berjalan (kebijakan upahnya), tapi bisa dilakukan kajian terhadap formula di UU, di
              PP dengan realitasnya. Jadi, nanti biar MK yang mempertimbangkan, dan cari titik temunya

              negative  -  Tauhid  Ahmad  (Direktur  Eksekutif  Institute  for  Development  of  Eco-nomics  and
              Finance (Indef)) Kenaikan upah yang terlalu rendah tidak bagus untuk perekonomian, meski
              kenaikan yang terlalu tinggi pun juga tidak baik, harus seimbang dan ada titik tengahnya

              neutral - Tauhid Ahmad (Ekonom Indef) Yang tak kalah penting adalah perusahaan seharusnya
              bisa memberikan jaminan kesehatan, ketenagakerjaan, sosial untuk tenaga kerja, anak mereka,
              bahkan hingga mereka pensiun



              Ringkasan

              Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengumumkan rata-rata kenaikan upah minimum
              provinsi (UMP) 2022 sebesar 1,09 persen. Jauh dari tuntutan asosiasi buruh yang meminta 10
              persen. Ibarat kata, realita dan ekspektasi upah 1 banding 10. Namun, Kemnaker menekankan
              angka pastinya tetap berbeda-beda di masing-masing provinsi. Sebab, nanti gubernur yang akan
              menyesuaikannya  sesuai  dengan  Peraturan  Pemerintah  (PP)  Nomor  36  Tahun  2021  tentang
              Pengupahan.



              UPAH MINIMUM 2022 NAIK CUMA 1,09 PERSEN, APALAH ARTINYA?
              Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengumumkan rata-rata kenaikan upah minimum
              provinsi (UMP) 2022 sebesar 1,09 persen. Jauh dari tuntutan asosiasi buruh yang meminta 10
              persen. Ibarat kata, realita dan ekspektasi upah 1 banding 10.

              Namun, Kemnaker menekankan angka pastinya tetap berbeda-beda di masing-masing provinsi.
              Sebab, nanti gubernur yang akan menyesuaikannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP)
              Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan.

              Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyebut bahwa besaran UMP 2022 ini tidak bisa sesuai
              dengan keinginan buruh karena pemerintah harus mengikuti formula baru yang tertuang di PP
              dan merupakan aturan turunan dari Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
              Kerja.

              Kendati begitu, Ida mengklaim formula ini bertujuan meminimalisir kesenjangan upah di antar
              wilayah dan mengentaskan kemiskinan. "Yang sebenarnya ini adalah salah satu kebijakan yang
              justru berimbang untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah yang upah minimumnya tinggi
              dan upah wilayah lainnya yang rendah," kata Ida saat rapat bersama Komisi IX DPR, Senin
              (15/11).
              Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjuddin Noer Effendi sangsi
              dengan klaim dan bocoran besaran rata-rata UMP 2022 dari pemerintah yang cuma 1,09 persen.
              Menurutnya, angka ini terlalu kecil.


                                                           16
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22