Page 403 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 NOVEMBER 2021
P. 403

sesuai dengan PP Nomor 36 Tahun 2021 tentang pengupahan. Direktur Hubungan Kerja dan
              Pengupahan,  Dinar  Titus  Jogaswitani  mengatakan,  semangat  dari  formula  upah  minimum
              berdasarkan  PP  No.  36  Tahun  2021  adalah  untuk  mengurangi  kesenjangan  upah  minimum,
              sehingga terwujud keadilan antarwilayah.

              Keadilan antarwilayah tersebut dicapai melalui pendekatan rata-rata konsumsi rumah tangga di
              masing-masing wilayah. Selain itu, katanya, penetapan upah minimum tersebut juga ditujukan
              untuk  mencapai  kesejahteraan  pekerja/buruh  dengan  tetap  memperhatikan  kemampuan
              perusahaan dan kondisi nasional. Hal tersebut dilakukan melalui penggunaan data-data ekonomi
              dan ketenagakerjaan yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Menurutnya, BPS sebagai
              satu-satunya wali data nasional merupakan lembaga yang independen dan kompeten dalam hal
              penyediaan data-data makro yang dibutuhkan oleh seluruh pihak yang berkepentingan. "BPS
              tidak melakukan kegiatan pengumpulan data yang secara khusus ditujukan untuk penghitungan
              upah  minimum,"  ucapnya.  Data-data  yang  disediakan  oleh  BPS  yang  dipergunakan  dalam
              perhitungan upah minimum sudah lama dikumpulkan oleh BPS sebelum disahkan PP  No. 36
              Tahun  2021.  Data-data  untuk  penghitungan  penetapan  upah  minimum  bisa  diakses  pada
              wagepedia.kemnaker.go.id.

              "Data  tersebut  juga  digunakan  oleh  institusi  lain  baik  lokal  maupun  internasional  dalam
              merencanakan atau mengambil keputusan yang akan dilakukan, sehingga banyak pihak yang
              mengawasi data BPS," ucapnya. Dewan Pengupahan Nasional dari unsur pakar pengupahan,
              Joko Santosa menyatakan, penetapan upah minimum penting untuk menaikkan Indeks daya
              saing Indonesia dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap sistem pengupahan Indonesia
              terkait kepastian hukum dan indikator perekonomian dan ketenagakerjaan. Selain itu, sambung
              Joko, dampak lain yang mungkin perlu diantisipasi terhadap penetapan UM pada COVID-19 saat
              ini yaitu potensi terhambatnya perluasan kesempatan kerja baru, terjadinya substitusi tenaga
              kerja ke mesin (otomatisasi proses produksi), memicu PHK, mendorong relokasi dari lokasi yang
              memiliki  nilai  UMK  tinggi  kepada  lokasi  yang  memiliki  nilai  UMK  yang  lebih  rendah,  dan
              mendorong tutupnya perusahaan, khususnya pada situasi pandemi COVID-19 saat ini. "Potensi
              lainnya yaitu untuk meningkatkan ruang dialog kesepakatan upah serta penerapan struktur dan
              skala upah di atas upah minimum" ucapnya.

              Joko  juga  mengajak  seluruh  pihak  untuk  lebih  fokus  dalam  penyesuaian  upah  di  atas  upah
              minimum yang jumlah pekerjanya adalah mayoritas.

              Terlebih lagi dengan kondisi upah minimum yang sudah di atas median atau rata-rata upah,
              sebaiknya semua pihak fokus kepada upah berbasis kinerja individu dan produktivitas, sehingga
              kenaikan  upah  masing-masing  pekerja  akan  bergantung  dengan  produktivitas  yang
              dihasilkannya.  Bila  hal  ini  dilakukan,  maka  dapat  mendorong  kesejahteraan  pekerja  secara
              keseluruhan.

              "Penerapan struktur skala upah dengan penyesuaian berbasis kinerja individu akan mendorong
              distribusi upah di atas upah minimum secara adil antar jabatan/pekerja yang harus menjadi
              tujuan perjuangan pekerja dan SP/SB," kata Joko. Seminar tersebut diikuti oleh lebih dari 1.000
              partisipan  mulai  dari  bupati/wali  kota  seluruh  Indonesia,  kepala  dinas  yang  membidangi
              ketenagakerjaan  provinsi/kabupaten/  kota  seluruh  Indonesia,  Dewan  Pengupahan
              provinsi/kabupaten/kota seluruh Indonesia,LKS Tripartit seluruh Indonesia, Apindo, SP/SB, dan
              stakeholder hubungan industrial. (ANTARA)








                                                           402
   398   399   400   401   402   403   404   405   406   407   408