Page 116 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 116

Ringkasan

              Enam Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB) menyatakan konsisten terus bertahan dalam Tim
              Teknis pembahas klaster ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja (Ciptaker) yang terdiri dari unsur
              Pemerintah, Apindo, dan unsur SP/SB. Keenam SP/SB tersebut yakni KSPSI pimpinan Yorrys
              Raweyai,  KSBSI,  K-Sarbumusi,  KSPN,  FSP  Perkebunan  dan  FSP  Kahutindo.  Sedangkan  Dua
              SP/SB yang mundur dari pembahasan RUU Ciptaker adalah KSPSI pimpinan Andi Gani Nena
              Wea dan KSPI.


              6 SERIKAT BURUH BERTAHAN KAWAL RUU CIPTAKER KLASTER
              KETENAGAKERJAAN

              Enam Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB) menyatakan konsisten terus bertahan dalam Tim
              Teknis pembahas klaster ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja (Ciptaker) yang terdiri dari unsur
              Pemerintah, Apindo, dan unsur SP/SB. Keenam SP/SB tersebut yakni KSPSI pimpinan Yorrys
              Raweyai,  KSBSI,  K-Sarbumusi,  KSPN,  FSP  Perkebunan  dan  FSP  Kahutindo.  Sedangkan  Dua
              SP/SB yang mundur dari pembahasan RUU Ciptaker adalah KSPSI pimpinan Andi Gani Nena
              Wea dan KSPI.

              Sekjen Presidium SP/SB Indonesia yang juga menjabat sebagai Presiden Konfederasi Serikat
              Pekerja  Nasional  (KSPN),  Ristadi,  menjelaskan  dibentuknya  tim  teknis  pembahas  klaster
              ketenagakerjaan merupakan dorongan, tuntutan dan aspirasi SP/SB. Di berbagai kesempatan,
              pihaknya  juga  meminta  kepada  pemerintah  soal  pelibatan/partisipasi  SP/SB  dalam  tim
              pembahas. Karenanya, menjadi sangat aneh setelah dibentuk tim pembahas malah ada SP/SB
              mengundurkan diri dari tim teknis.
              "Maka dengan segala risiko, kami menjaga konsistensi sikap atas apa yang sudah kami inginkan
              yaitu  pembentukan  tim.  Kekhawatiran  hanya  sebagai  legitimasi  atau  dimanfaatkan  sekedar
              formalitas  sudah  kami  hitung  sebelumnya,"  ujar  Ristadi  dalam  keterangan  tertulis,  Rabu
              (15/7/2020).

              Ristadi menambahkan, alasan enam SP/SB untuk terus bertahan di dalam tim pembahas klaster
              ketenagakerjaan  juga  sebagai  strategi  perjuangan.  Dengan  berada  di  tim  pembahas,  maka
              banyak hal yang bisa dilakukan dalam perjuangan. Tak hanya aksi unjuk rasa tapi bisa lewat
              publikasi, lobi politik, negosiasi, dan dialog sosial.

              "Masuk di tim teknis adalah bagian dari negosiasi dan dialog sosial, tanpa mengabaikan upaya-
              upaya  perjuangan  lainya.  Forum  tersebut  kami  gunakan  semaksimal  mungkin  untuk
              menyuarakan aspirasi-aspirasi yang berkembang dari anggota kami," tuturnya.
              Ristadi menambahkan, masuknya enam SP/SB akan dimanfaatkan sebagai media formal untuk
              menyampaikan  usulan,  masukan,  keberatan,  dan  penolakan  SP/SB  terhadap  klaster
              ketenagakerjaan dalam RUU Ciptaker  "Jadi sangat keliru dan tidak benar berada di tim teknis
              menjadi legitimasi. Kami memutuskan untuk tetap berjuang di dalam tim teknis dengan segala
              konsekuensinya," imbuhnya.

              Lebih lanjut, Ristadi mengungkapkan sejarah mencatat sikap gerakan SP/SB sulit untuk satu
              suara.  Dulu,  saat  pembahasan  RUU  Ketenagakerjaan  yang  kemudian  disahkan  menjadi  UU
              Nomor 13 tahun 2003 terjadi, ada SP/SB yang masuk dalam tim pembahasan dan ada juga yang
              di luar melakukan penolakan. Selanjutnya, saat lahirnya UU BPJS juga terjadi hal yang sama,
              ada SP/SB yang masuk ikut membahas, ada juga SP/SB yang tidak mau ikut membahas.




                                                           115
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121