Page 184 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 08 JULI 2020
P. 184
Ringkasan
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid ikut menyambut kedatangan Ety binti Toyyib Anwar, Pekerja
Migran Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Majalengka di Bandara Soekarno
Hatta. Ety yang dipenjara sejak 2002 atas tuduhan meracuni majikan, bebas dari ancaman
hukuman mati di Arab Saudi.
"Alhamdulillah di masa pandemi COVID-19 yang memakan banyak korban meninggal dunia, tapi
ada satu jiwa yang bisa kita selamatkan," ujar Jazilul dalam keterangannya, Selasa (7/7/2020).
"Satu nyawa warga negara Indonesia sangat berharga. Menyelamatkan satu jiwa warga negara
Indonesia sama seperti menyelamatkan kita semua. Itulah inti kemanusiaan," imbuhnya.
TKI LOLOS DARI HUKUMAN MATI, PIMPINAN MPR: SATU NYAWA SANGAT
BERHARGA
Jakarta - Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid ikut menyambut kedatangan Ety binti Toyyib Anwar,
Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Majalengka di Bandara
Soekarno Hatta. Ety yang dipenjara sejak 2002 atas tuduhan meracuni majikan, bebas dari
ancaman hukuman mati di Arab Saudi.
"Alhamdulillah di masa pandemi COVID-19 yang memakan banyak korban meninggal dunia, tapi
ada satu jiwa yang bisa kita selamatkan," ujar Jazilul dalam keterangannya, Selasa (7/7/2020).
"Satu nyawa warga negara Indonesia sangat berharga. Menyelamatkan satu jiwa warga negara
Indonesia sama seperti menyelamatkan kita semua. Itulah inti kemanusiaan," imbuhnya.
Hal itu diucapkan Jazilul Fawaid usai bertemu dengan Ety di Ruang VIP Terminal 3 Bandara
Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin sore (6/7). Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziah dan
Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Ramdani ikut dalam
rombongan tersebut.
Ety binti Toyyib bisa bebas dari hukuman mati setelah Pemerintah Indonesia dengan dukungan
dari berbagai kalangan, termasuk Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama
(LAZISNU) dan PKB, membayarkan diyat (uang darah) yang diminta keluarga majikan.
"Ini hukum di Arab Saudi. Qisas itu hukum nyawa dengan nyawa. Tapi bisa dilakukan dengan
membayar diyat, pihak keluarga yang dibunuh memberikan pemaafan," jelas Jazilul yang akrab
disapa Gus Jazil.
Gus Jazil mengungkapkan semula ahli waris majikanya meminta diyat yang tinggi sekali, sebesar
30 juta real atau Rp 107 miliar agar diampuni dan tidak dieksekusi. Tetapi dengan berbagai
pendekatan akhirnya ahli waris bersedia dengan diyat sebesar Rp 15,2 miliar.
Kata dia, atas inisiator dari teman-teman PKB dengan LAZISNU sejak dua tahun lalu, kemudian
mengumpulkan dana untuk membayar diyat untuk membebaskan Ety bnti Toyib dari ancaman
hukuman mati. Kasus Ety sendiri terjadi sejak 2001 dan ia sudah menjalani masa penahanan
selama 19 tahun.
"Karena itu kami dari Pimpinan MPR selalu mengajak untuk mengedepankan kemanusiaan dan
kegotongroyongan di semua situasi kepada siapa pun. Apalagi ini adalah pejuang devisa yang
bekerja di luar negeri," ujarnya "Ibu Ety bekerja hanya 1 tahun 8 bulan, tapi dipenjara 19
183