Page 338 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 AGUSTUS 2021
P. 338

LENGKAP! ATURAN SOAL UPAH, WFH, WFO HINGGA PHK PEKERJA DI MASA PPKM

              Jakarta - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah menerbitkan aturan yang mengatur
              hubungan kerja di masa pandemi COVID-19, khususnya di masa Pemberlakukan Pembatasan
              Kegiatan Masyarakat ( PPKM ).

              Aturan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI (Kepmenaker) Nomor
              104 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Hubungan Kerja Selama Masa Pandemi Corona
              Virus Disease 2019 (COVID-19).

              Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Indah
              Anggoro Putri, menjelaskan, Kepmenaker No.104 Tahun 2021 mencakup 3 hal.

              Pertama, pelaksanaan sistem kerja dari rumah atau Work From Home ( WFH ) dan bekerja di
              kantor/tempat  kerja  atau  Work  From  Office  (WFO).  Kedua,  pelaksanaan  upah  dan  hak-hak
              pekerja lainnya.

              "Dalam Kepmenaker tersebut, kita sampaikan acuan atau pedoman bagi pengusaha dan pekerja
              yaitu pengusaha yang memberlakukan sistem kerja WFH tetap wajib membayar upah," kata
              Dirjen  Putri  dalam  keterangan  tertulis  di  Jakarta,  Senin  (16/8/2021)  Sedangkan  untuk  WFO,
              harus  diatur  persentase  pekerja  yang  bekerja  secara  WFO,  serta  pengaturan  shifting  atau
              pembagian waktu kerja dan hari kerja dalam satu bulan secara bergiliran.

              "Jam kerja juga diatur dengan sebaik-baiknya dengan mengutamakan mereka yang sehat. Bagi
              ibu hamil atau rentan sakit agar bekerja dari rumah saja," ujar Dirjen Putri.

              Selanjutnya, dalam Kepmenaker No. 104 Tahun 2021 ini juga dijelaskan mengenai perusahaan
              yang terpaksa merumahkan pekerja karena dampak pandemi COVID-19. Di mana pekerja/buruh
              tetap berhak atas gaji/upah saat dirumahkan.
              "Lalu perusahaan yang secara finansial tidak mampu membayar upah bagi para pekerja, maka
              pengusaha dan pekerja dapat membuat kesepakatan penyesuaian upah," jelasnya.

              hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

              Selain itu, perhitungan iuran manfaat jaminan sosial bagi pekerja, pesangon, dan hak-hak lain
              bagi  pekerja,  yang  dihitungkan  dengan  upah,  maka  harus  mengacu  kepada  upah  sebelum
              penyesuaian.

              Lalu ruang lingkup ketiga yang diatur dalam Kepmenaker 104 Tahun 2021 adalah pencegahan
              Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

              Ditegaskan dalam Kepmenaker ini, PHK adalah jalan terakhir dan satu-satunya yang bisa diambil
              jika pandemi COVID-19 berdampak terhadap keberlangsungan usaha.

              "Tetapi PHK harus jalan paling akhir kalau sudah dilakukan upaya-upaya lain kemudian tidak ada
              jalan lain maka terpaksa PHK, namun harus suatu keputusan bersama antara pengusaha dan
              pekerja," tegas Dirjen Putri.


              Dirjen  Putri  mengingatkan,  jika  PHK  terpaksa  dibuat  karena  ketidakmampuan  finansial
              perusahaan,  maka  harus  dibuktikan  dengan  laporan  finansial  perusahaan  bahwa  perusahan
              tersebut sudah tidak mampu.

              "Dalam dialog bipartit dengan putusan PHK kiranya melibatkan dinas ketenagakerjaan setempat.
              Dan jangan lupa hak-hak pekerja ini harus tetap diberikan walaupun perusahaan itu bangkrut,"
              pungkasnya.

                                                           337
   333   334   335   336   337   338   339   340   341   342   343