Page 30 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 MARET 2020
P. 30

Dalam undang-undang ini, tidak disebutkan atau tidak mengenal adanya istilah UU
               payung atau omnibus law.

               Untuk itu, secara formil proses pembentukan RUU omnibus law dinilai masih perlu
               penyelasaian dalam alur pembentukan peraturan perundang-undangan.

               Omnibus law merupakan produk hukum yang berupaya membuat suatu undang-
               undang yang dapat mencabut atau mengamandemen beberapa undang-undang
               sekaligus. Secara materil, landasan filosofis dari RUU omnibus law sendiri memiliki
               tujuan yang baik yakni menyelaraskan berbagai aturan yang inkonsisten,
               menyederhanakan regulasi, mempermudah investasi, dan meningkatkan
               pertumbuhan ekonomi demi kesejahteraan masyarakat.

               Niat pemerintah dalam RUU omnibus law sendiri pada dasarnya baik, yakni guna
               menjalankan kewajibannya untuk menyejahterakan rakyat sebagaimana amanat
               konstitusi. Namun, secara materiil, pemerintah semestinya memperhatikan berbagai
               substansi pengaturan terkait kewenangan dalam konteks otonomi daerah, etika dan
               daya dukung lingkungan hidup, hak-hak buruh, dan lain-lain yang disoroti oleh
               berbagai pihak dalam mengkaji RUU omnibus law ini.

               Kontroversi di kalangan masyarakat tentunya perlu direspons positif oleh
               pemerintah dan DPR agar RUU omnibus law ini dapat menjadi regulasi yang
               progresif memberi solusi bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan bangsa
               tanpa mencederai hak-hak politik dan ekonomi rakyat. Untuk itu, penulis mendorong
               agar pembentukan undang-undang ini melibatkan partisipasi publik secara massif.

               Hal ini penting dilakukan sebagai upaya legitimasi hukum dan politik dalam konsep
               negara hukum yang demokratis. Oleh karenanya, proses ini memerlukan
               transparansi dan akuntabilitas publik melalui ruang-ruang dialogis yang intens
               antara pemerintah, DPR, dan berbagai pemangku kepentingan. Untuk
               merealisasikan idealisasi ini di antaranya; pertama, dalam pembentukan RUU
               omnibus law ini mesti mentaati berbagai asas maupun tahapan formil pembentukan
               peraturan perundang-undangan, sebagaimana diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011
               tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana telah diubah
               dengan UU No. 15 Tahun 2019.

               Kepentingan publik Selain itu materi muatan dalam RUU omnibus law tersebut harus
               memperhatikan equilibrium atau keseimbangan hak dan kewajiban rakyat dan
               pemerintah. Sehingga dipastikan tidak ada kepentingan publik yang tereliminir
               dalam RUU omnibus law ini.

               Kedua, dalam proses pembentukan RUU omnibus law, pemerintah maupun DPR
               mesti amat terbuka dalam proses pembahasan RUU tersebut. Para pembentuk RUU
               omnibus law juga harus membuka ruang partisipasi publik secara luas dalam setiap
               tahap pembentukan RUU omnibus law, dengan melibatkan berbagai pemangku
               kepentingan, para ahli dari berbagai perguruan tinggi, serta para pemangku



                                                       Page 29 of 89.
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35