Page 61 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 DESEMBER 2021
P. 61

UMK SINGKAWANG RP2.596.120

              Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Kota Singkawang pada Januari 2022 mendatang akan
              mengalami  kenaikan.  “Tahun  sebelumnya  sebesar  Rp2.537.875,  akan  naik  menjadi
              Rp2.596.120,45,”  kata  Kepala  Dinas  Penanaman  Modal  dan  Tenaga  Kerja  Kota  Singkawang,
              Yasmalizar,  baru  baru  ini.  Menurutnya  tahun  2022  UMK  Singkawang  mengalami  kenaikan
              sebesar Rp58.245,45.

              Perhitungan penetapan UMK di tahun 2022 tersebut, katanya, sudah didasari oleh ketentuan PP
              No.36 Tahun 2021 tentang Pengupahan. Dimana dalam PP 36 tahun 2021 tersebut, penentuan
              Upah Minimum ditetapkan berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan.

              Dengan  memperhitungkan  batas  atas  dan  bawah  upah  minimum  “Ada  dasar,  rumus  dan
              pertimbangan  untuk  penetapannya  sebagaimana  yang  diatur  dalam  Pasal  36  PP  tentang
              Pengupahan, kami mengacu kepada ketentuan tersebut,” ujarnya.

              Sementara Ketua Komite Serikat Buruh Kerakyatan (SERBUK) Indonesia Kota Singkawang, Osdar
              menyatakan menolak kenaikan UMK Kota Singkawang tahun 2022.

              “Penolakan  itu  dikarenakan  formula  yang  dipakai  untuk  perhitungan  kenaikan  upah
              menggunakan PP Nomor 36 tahun 2021,” katanya. Memang seperti yang disepakati Disnaker
              Singkawang kemarin, pihaknya menyampaikan bahwa PP Nomor 36 itu sedang dilakukan yudisial
              review.

              “Jadi kita menolak karena memang PP nya sedang bermasalah dan sedang dilakukan yudisial
              review sehingga kita memandang jika PP tersebut tidak bisa dipakai menjadi dasar,” ujarnya.

              Kemudian, PP Nomor 36 menurutnya tidak bisa merefleksikan kondisi buruk yang sedang terjadi
              di Kota Singkawang. Apalagi salah satu acuannya adalah data-data statistik yang sebenarnya
              perhitungannya pun tidak melibatkan buruh dan pengusaha. Sementara buruh dan pengusaha
              mendapatkan dampak dari pemberlakuan UU Cipta Kerja atau Omnibus Law tersebut. “Artinya
              UU Cipta Kerja atau Omnibus Law beserta turunan-turunannya dianggap Inkonstitusional.

              Yang namanya Inkonstitusional itu pasti bertentangan dengan UU,” ungkapnya. Dengan adanya
              putusan MK pada tanggal 25 November kemarin, harusnya Gubernur bisa melihat itu. “Artinya
              harus kembali kepada UU sementara. Dan kepada Disnaker Singkawang diharapkan harus bisa
              meninjau ulang pasca putusan MK tersebut,” pintanya. (har)





























                                                           60
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66