Page 122 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 NOVEMBER 2021
P. 122

BURUH: UMP 2022 TAK BISA GUNAKAN PP SOAL PENGUPAHAN

              Ahli  Hukum  Tata  Negara  sekaligus  Konsultan  Hukum  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia
              (KSPI)  Said  Salahudin  menyebut  pemerintah  tidak  bisa  menetapkan  upah  minimum  provinsi
              (UMP)  2022  menggunakan  Peraturan  Pemerintah  (PP)  Nomor  36  Tahun  2021  tentang
              Pengupahan. Sebab, Mahkamah Konstitusi (MK) telah menetapkan Undang-Undang (UU) Nomor
              11 Tahun 2021 tentang Cipta Kerja inkonstitusional bersyarat. Hal ini membuat berbagai aturan
              turunannya yang berkriteria strategis dan berdampak luas, termasuk PP Pengupahan, tidak bisa
              digunakan.

              "Kenapa PP 36 tidak bisa digunakan? Karena dia kehilangan payung hukumnya. Merujuk pada
              putusan MK, kalau dikaitkan pada persoalan upah, tidak dibenarkan bagi penyelenggara negara
              melakukan pengambilan kebijakan strategis yang berdampak luas dengan mendasarkan pada
              norma UU Cipta Kerja yang secara formal telah dinyatakan inkonstitusional bersyarat," ujar Said
              saat konferensi pers virtual, Senin (29/11).

              Dengan begitu, penetapan UMP 2022 yang sudah dilakukan menteri dengan merujuk pada PP
              36/2021  seharusnya  batal.  Selanjutnya,  ketentuan  pengupahan  seharusnya  kembali  ke  UU
              Nomor  13  Tahun  2003  tentang  Ketenagakerjaan  dan  PP  Nomor  78  Tahun  2015  tentang
              Pengupahan atau aturan sebelumnya.

              "Oleh sebab itu, kebijakan pengupahan yang akan diberlakukan untuk 2022 pasca-putusan MK
              harus  tetap  merujuk  pada  ketentuan  di  UU  13/2003  tentang  Ketenagakerjaan  dan  soal
              pengupahannya kembali pada PP 78/2015," terang dia. Presiden KSPI Said Iqbal menuturkan
              pemerintah juga tidak boleh menerbitkan aturan baru terkait pengupahan ini. Sebab, hal ini juga
              merujuk pada putusan MK.

              "Secara umum, UU Cipta Kerja tetap berlaku secara umum, tapi secara khusus, menurut amar
              putusan nomor 7 kalau dia strategis dan berdampak luas, maka harus ditangguhkan dan tidak
              boleh  diterbitkan  aturan  baru," kata  Said.  Lebih  lanjut,  Said  meminta Presiden  Joko Widodo
              (Jokowi) dan para menteri tidak salah menyikapi putusan MK. Pasalnya, MK menyatakan tidak
              perlu ada perubahan peraturan, tetapi memperbaiki prosedur karena UU Cipta Kerja disusun
              dengan prosedur yang cacat.

              "Oleh  karena  itu,  kita  berbeda  pendapatan  dengan  pemerintah,  Bapak  Presiden,  dan  para
              menteri terkait menyikapi putusan MK. Dan para menteri jangan menafsirkan akan mengubah
              semua peraturan," tandasnya.




























                                                           121
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127