Page 319 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 319

bidang sosial budaya. Agar tercapai keseimbangan. Demikian
                 ya, Pak Pontiman?”
                     Yang  disapa  mengangguk.  Juga  Bu  Kepala  Sekolah  yang
                 barangkali lupa disapa. Orang memang kadang alpa menyapa
                 perempuan.
                     “Untuk itu, kami tadi telah bermusyawarah, untuk mene­
                 tapkan tema masalah. Yaitu, tentang Islam dan Nyi Rara Kidul.
                 Hadiahnya limaratus ribu rupiah.”
                     Semua hadirin terhenyak. Anak­anak tercekat mendengar
                 angka itu. Mereka tak peduli pada tema. Limaratus ribu rupiah.
                 Bisa membeli tiga ekor kambing. Tapi Pak Pontiman dan Bu
                 Kepala Sekolah mengerenyitkan alis.
                     “Demikian  ya,  Pak  Pontiman?”  ujar  lelaki  berjanggut
                 pendek berdahi hitam.
                     Pak  Pontiman  memiringkan  kepala  sebentar,  meskipun
                 akhirnya  ia  mengangguk­angguk  juga  demi  menghormati  ta­
                 mu  istimewa  di  muka  hadirin.  Namun  ada  ketidakrelaan
                 di  wajahnya.  Sekilas  ia  dan  Bu  Kepala  Desa  saling  melirik.
                 Kedua  tamu  membacakan  syarat­syarat,  seperti  tak  melihat
                 keengganan di wajah tuan dan nyonya rumah.
                     Sebubar pertemuan, ketika mereka tinggal berempat, Pak
                 Pontiman memberanikan diri mengajukan pendapat.
                     “Mm, apa tidak bisa kita mengubah tema lomba karangan
                 ilmiah itu?”
                     “Kenapa, Pak Pontiman? Ada keberatan?”
                     “Bukan. Bukan keberatan. Tapi, apa harus Nyi Ratu Kidul
                 dipertentangkan dengan Islam?”
                     Lelaki berdahi hitam tersenyum. “Ah, tidak apa. Lagi pula,
                 kan saya tidak bilang Nyi Rara Kidul dipertentangkan dengan
                 Islam.”
                     “Kalau  dihadap­hadapkan  seperti  itu,  kan  seperti  diper­
                 tentangkan juga.” Pak Pontiman menjelaskan betapa di tempat
                 ini  orang­orang,  dari  desa  maupun  dari  luar  desa,  masih


                                                                        30
   314   315   316   317   318   319   320   321   322   323   324