Page 318 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 318

menyimak keterangan lanjutan dari Bapak BPPT dengan khu­
               syuk.
                   Parang Jati diam saja. Ia tahu, kalaupun ia belajar di luar
               negeri, ayahnya bisa menanggung biayanya sendiri. Ia menelan
               ludah.  Sebab,  ayahnya  kini  justru  sedang  merendahkan  dia
               untuk  menghayati  kecacatan  manusia.  Ah,  barangkali  ia  tak
               boleh  menggunakan  kata  itu,  “merendahkan”.  Ia  menunduk,
               memandang­mandang  jarinya  yang  berlebihan.  Ia  bersihkan
               satu dua kukunya yang kotor.
                   “Ilmu pasti itu sangat penting. Demikian juga iman. Ke­
               dua­duanya bersifat pasti,” lelaki yang lebih tua mengambil alih
               lagi. Dia, yang berjanggut pendek dan berdahi hitam. “Bersifat
               apa, anak­anak, bapak dan ibu? Bersifat pas…?”
                   “Pasti.” Hadirin menyambut seperti harus memenuhi ke­
               kosongan. Bersifat pasti.
                   “Benar. Tuhan itu bersifat pasti. Iman itu pasti. Demikian
               pula,  bangsa  ini  membutuhkan  pemuda­pemuda  yang  mem­
               pelajari ilmu pasti, teknologi, sains, untuk membangun negeri.
               Jangan  lupa,  ilmu  modern  demikian  harus  senantiasa  diim­
               bangi dengan ilmu agama dan iman.” Sambil matanya menyo­
               rot, ia mengulangi lagi yang bagai terprogram di kepalanya un­
               tuk muncul secara periodik. “Berilmu, beriman, dan bertaqwa,
               itulah generasi baru yang dibutuhkan.”
                   Keduanya  lalu  secara  bergantian  menjelaskan  bahwa  tes
               penyaringan  baru  akan  dilakukan  tahun  depan.  Demikian,
               agar  anak­anak  bisa  mempersiapkan  diri.  Dan  selama  satu
               tahun ini, mereka akan secara periodik menilik perkembangan
               murid­murid. Barangkali dua atau tiga bulan sekali.
                   “Sebagai  tanda  program  ini  dibuka,  kami  akan  menye­
               lenggarakan lomba menulis dan berdebat,” kata kedua tamu itu
               nyaris berbarengan.
                   Yang  tua  melanjutkan.  “Lomba  menulis  karangan  untuk
               kali  pertama  ini  bukan  di  bidang  ilmu  pasti.  Melainkan  di


            30
   313   314   315   316   317   318   319   320   321   322   323