Page 313 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 313

Tahukah  engkau,  sebelum  nol  disempurnakan  oleh
                 orang­orang  Arab,  ia  memiliki  asal  sebuah  tanda  di  India:
                 tanda shunya. Shunya, dalam bahasa Sanskerta adalah sunyat,
                 sunyi, kosong, tiada. Tanda shunya adalah tanda kekosongan.
                 Ketiadaan. Kasunyatan. Di masa itu, shunya ditulis dengan cara
                 tiada dituliskan, yaitu dengan membiarkan jeda kosong:     .
                 Atau ditulis dengan titik bindi: •. Atau dengan lingkaran cakra:
                 O.
                     Lalu, di kemudian hari, dalam penulisan bilangan, ia men­
                 jadi tanda kelipatan sepuluh.
                     Ketika itulah, anakKu, ketika orang menetapkan hitungan
                 berdasarkan  per  sepuluh,  dan  shunya  digunakan  untuk  me­
                 nandakan kelipatan sepuluh, ada sesuatu yang hilang. Shunya
                 yang semula metaforis membaku menjadi semata matematis.
                 Mengertikah engkau?
                     Kukira tidak. Tapi biarlah. Aku tahu butuh waktu bagimu
                 untuk mengerti. Simpanlah kertas ini dalam pulangmu.
                     Beginilah sekali lagi. Pada mulanya, shunya adalah sebuah
                 konsep mengenai “ketiadaan”. Ia sangatlah puitis. Ia berpadan
                 makna dengan ananta, atau juga purna. Yaitu, ketakterbatasan,
                 juga keutuh­penuhan. Wahai, sadarkah engkau bahwa kita di
                 sini hari ini mengenali kata­kata itu: sunyi, sunyat, ananta, dan
                 sempurna? Sadarkah engkau?
                     Kukira tidak. Tapi biarlah. Aku tahu butuh waktu bagimu
                 untuk tersadar. Simpanlah kertas ini dalam pulangmu.
                     Ketika manusia memilih dari sistem­sistem di alam raya
                 ini sebuah sistem bilangan berdasarkan sepuluh, pada giliran­
                 nya mereka menemukan pula cara memperalat shunya ke da­
                 lam matematika. Shunya menjadi nol, yaitu penanda kelipatan.
                 Dia,  yang  semula  metaforis  dan  puitis,  kini  dibeku­bakukan
                 menjadi  matematis  dan  logis.  Dia,  yang  semula  ananta  dan
                 purna, kini menjadi nol. Ia, yang semula tanda, kini menjadi
                 angka.


                                                                        303
   308   309   310   311   312   313   314   315   316   317   318