Page 325 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 325

boleh menertawakan kelemahan orang.
                     Ia  telah  berdiri  di  tengah  panggung  sekarang.  Karangan
                 ada pada tangannya. Tiba­tiba ia memilih tidak membacakan­
                 nya. Disapukannya sorot mata pada penonton, juga dewan juri,
                 yang berdebar­debar menunggu penampilannya. Ia membuka
                 mulut:
                     “Orang  yang  berpendapat  bahwa  Islam  tidak  bisa  hidup
                 berdampingan dengan tradisi lain adalah orang yang picik!”
                     Ia sendiri heran akan agresivitas pada nadanya. Dari mana
                 datangnya.
                     “Muslim  maupun  non­Muslim  yang  berpandangan  dan
                 berlaku demikian adalah picik.”
                     Orang­orang  terpana  dan  ia  menikmati  suaranya  yang,
                 entah dari mana, terdengar sangat bertenaga.
                     Berbeda  dari  Kupukupu  yang  makalahnya  bertaburan
                 ayat­ayat, Jati hanya mengutip satu hadits. Yaitu yang mela­
                 rang menebang pohon bahkan dalam perang. Ketika berperang
                 pun Nabi sangat santun. “Jangan membunuh anak kecil, orang
                 tua,  perempuan.  Jangan  menebang  pohon  kurma  dan  mem­
                 bakarnya. Jangan menebang pohon yang berbuah. Jangan me­
                 nyembelih kambing, lembu, atau onta kecuali untuk dimakan.
                 Dan nanti kamu akan melewati kaum­kaum yang mengabdikan
                 diri di kuil­kuil, yaitu para pendeta. Maka biarkanlah mereka
                 beserta pengabdian mereka itu.”
                       “Saya  memang  tidak  suka  mengutip  yang  sudah  terlalu
                 sering dikutip.” Nadanya cuek dan sesumbar. “Lagi pula, tema
                 makalah  bukan  Ratu  Kidul  dan  Islam.  Tapi,  Ratu  Kidul  dan
                 pandangan keagamaan. Islam kan bukan satu­satunya agama.
                 Saya ingin bicara secara umum.”
                     “Marilah kita sedikit kreatif dan terbuka,” lanjut Jati. “Ter­
                 buka  dalam  mempelajari  tradisi­tradisi  lain.  Sebelum  meng­
                 hakiminya  dengan  kaca  mata  kita  sendiri.  Supaya  kita  juga
                 jangan dinilai dengan ukuran orang.


                                                                        31
   320   321   322   323   324   325   326   327   328   329   330